Menjadi Manusia yang Bernilai

Oleh Rahmadi Wibowo, Lc. MA.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui (QS. Al Baqoroh/2: 30)

            Manusia diciptakan sebagai khalifah oleh Allah memiliki kewajiban, selain beribadah kepada Allah juga menjaga kemakmuran di muka bumi. Manusia memiliki nilai dan menjadi berharga karena akhlak yang dimilikinya. Sehingga, apabila seseorang telah kehilangan akhlak, maka hilang juga nilai serta harganya.

            Sebagai contoh, misalnya hendak mengetahui harga seekor binatang. Semua sudah mafhum bahwa gajah berharga karena gadingnya, rusa berharga karena tanduknya, dan burung berharga karena keindahan kicauan suaranya. Sehingga, jika ada gajah tidak bergading, rusa tidak bertanduk, dan burung tidak bersuara, maka binatang-binatang itu tiada lagi harganya.

            Oleh karena manusia itu dinilai dan menjadi berharga karena akhlaknya, maka kepada siapa seorang Muslim harus berakhlak?

  1. Kepada Allah.

Allah sebagai Rabb sekalian alam memiliki hak untuk diibadahi dengan benar oleh para makhlukNya. Adapun seorang manusia yang menginginkan dirinya menjadi berharga di hadapan Allah, maka harus memiliki akhlak yang baik, di antaranya:

  1. Jangan sekali-kali menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun.

      Baik secara dhohir/ terang-terangan, ataupun secara khofi/ samar-samar. Perbuatan menyekutukan Allah disebut juga syirik. Termasuk syirik yang dhohir misalnya menyembah pohon, gunung, berhala dan segala sesuatu selain Allah. Sedangkan, yang termasuk syirik khofi misalnya melakukan amal ibadah hanya sekedar untuk memperoleh pujian orang lain atau agar didengar orang lain. Selain itu, meyakini suatu benda yang dapat mendatangkan mudharat ataupun manfaat. Misalnya, dengan menggunakan cincin akik, maka rezeki pasti bertambah dan dapat mendatangkan banyak kebaikan.

  • Yang disembah hanya Allah, baik dalam hal ucapan maupun perbuatan.

      Sebagai seorang muslim, setidaknya menyembah Allah dalam hal ucapan paling minimal sebanyak 17 kali dalam sehari. Hal ini karena minimal orang yang sholat kemudian membaca QS. Al Fatihah-nya sebanyak 17 kali, dapat diperhatikan potongan ayatnya ke-lima,   إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ(hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan). Sedangkan, menyembah kepada Allah secara perbuatan, seperti mendirikan ibadah sholat. Akan tetapi, perlu diwaspadai, karena boleh jadi dalam hal perbuatan ternyata masih ada yang menyembah nafsu, dunia, harta dan segala sesuatu selain Allah.

  • Kepada sesama mahluk.

            Manusia merupakan makhluk Allah, sama seperti malaikat, jin, tumbuhan, binatang dan semua yang ada di alam raya ini. Adapun, yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain ialah bahwa manusia dikaruniai akal. Manusia itu sendiri akan berharga dan bernilai ketika ia memiliki akhlak yang baik kepada sesama makhluk. Menunjukkan akhlaknya kepada sesama, antar tetangga, teman bahkan kepada non muslim sekalipun. Selain itu, kepada alam sekitar, tumbuhan, hewan bahkan air sekalipun.

            Muhammadiyah telah menerbitkan sebuah buku yang menarik: “Fikih Air”. Dijelaskan bagaimana akhlak seseorang yang seharusnya terhadap air, selain itu terdapat konsep air, bahwa apabila disana terdapat air, maka disana terdapat kehidupan. Sebaliknya, jika di sana tidak ada air, maka tidak ada kehidupan.

            Di antara ciri akhlak terhadap air ialah menggunakannya seefisien mungkin. Penelitian salah seorang dosen di UMY menunjukkan bahwa setiap orang yang melakukan wudhu dapat menghabiskan paling minimal tiga liter. Dari jumlah tersebut, ternyata yang benar-benar digunakan untuk membasuh dan mengusap anggota wudhu hanya 1/3-nya saja. Sehingga, sisanya terbuang sia-sia. Misalnya, jamaah Masjid IC UAD sejumlah 1000 orang, maka ini berarti dibutuhkan air sebanyak 3000 liter, namun 2000 liter di antaranya terbuang sia-sia. Untuk itulah, perlu kesadaran diri untuk mulai merubah kebiasaan menyia-nyiakan air.

            Jadi, ketika masih ada seorang yang enggan menyembah Allah, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, masih menyekutukan Allah dalam amal ibadah, masih sibuk mencari penilaian orang lain, masih suka mencemari sungai dan menyia-nyiakan air dan seterusnya, maka sejatinya orang tersebut tidak memiliki nilai.