Makna Islam Menurut KH. Aahmad Dahlan
Setelah KH. Ahmad Dahlan melontarkan keduanya, seluruh peserta rapat pengurus Persyarikatan Muhammadiyah terdiam tak mampu memberikan jawaban. Sadar akan begitu beratnya konsekuensi dari jawaban kedua pertanyaan tersebut. Pertanyaan yang tidak hanya dapat selesai dijawab oleh kata semata namun membutuhkan pembuktian berupa amalan yang nyata.
Keduanya itu ialah; Apakah saudara sudah mengerti Islam yang sebenar-benarnya itu apa dan apakah saudara siap menjalankan islam yang sebenar – benarnya ?.
Dalam perjuangan dakwahnya membumikan ajaran islam yang sebenar-benarnya Kyai Dahlan sepenuhnya berserah diri kepada Allah. Walau tahu jalan yang dihadapinya tidak akan mudah, walau tahu akan banyak orang yang menentang jalan dakwahnya, dimulai penentangan umumnya ulama pada waktu itu, hingga pembakaran langgar miliknya. Namun pendiri persyarikatan Muhammadiyah itu memahami, bahwa hidup adalah seluruhnya untuk Allah (lillah), bukan untuk manusia (linnas), walau berat rintangan yang harus dihadapi.
Sedang Islam itu sendiripun berasal dari kata aslama – yuslimu – islaman berarti menyerahkan diri. Saat seorang berani menyatakan diri berislam, maka ia harus berani pula menerima ujian. Kita ingat bagaimana kisah nabi Ibrahim as yang meski sudah tidak muda lagi tetap mengharapkan kehadiran seorang anak, memohon kepada Sang Maha Pemberi. Kemudian saat anak itu telah lahir dan tumbuh besar, Allah menguji lagi setelah penantian panjang hadirnya seorang anak dengan ujian yang sungguh berat, berupa perintah untuk menyembelih buah hatinya itu. Ibrahim As lulus dari ujian. Pada saat-saat terakhir pisau hendak menyentuh dan memutus urat lehernya, Allah pun menggatinya dengan seekor lembu dan menyelamatkan anaknya itu.
Berislam bukan hanya diucapkan saja, namun juga haruslah diamalkan. Mengamalkan segala yang diperintahkan dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah al-maqbulah. Bila seorang perempuan dalam Al-Qur’an diwajibkan untuk menutup aurat, maka haruslah ia melaksanakannya, menutup seluruh bagian tubuh yang dilarang terlihat oleh siapapun selain mahromnya.
Bila hanya islam sekedar dilisan, bukankah burung beopun bisa mengucapkan salam dan dua kalimat syahadat bila terus menerus diajarkan oleh pemiliknya. Mari lihat kedalam diri masing-masing, sudah sampai manakah tingkat keislaman kita.
Pertanyaan Kyai Dahlan yang mengatakan beranikah saudara untuk berislam, bukanlah pertanyaan yang dapat diselesaikan dengan jawaban lisan saja. Namun ia harus diikuti oleh amaliyah yang nyata. Segala perintah Allah yang tertulis dalam Al-Qur’an dan Hadis harus mampu Ia patuhi dengan segenap tenaga yang dimilikinya.
Berani berislam, berarti berani mengamalkan perintah-Nya, walau harus menyembelih anak sendiri. Siap dan sabar melalui ujian-ujian yang sulit dan memayahkan.
Bila ditemui orang yang mengatakan berani berislam, namun ia meninggalkan shalat, meninggalkan puasa, enggan membayar zakat maka tidak lain itu dikarenakan kurangnya pemahaman tentang berislam yang ia miliki.
Seorang yang berani berislam yang ia tahu hanyalah ikhlas beramal untuk Allah. Tak peduli kesulitan atau tantangan apa yang harus Ia hadapi dijalan. Ia akan terus maju dan berjuang menjalankan perintah Allah. Karena seorang yang berislam segala amal yang diperbuat, bahkan hidup dan matinya hanya dipersembahkan untuk Allah semata. Inna shalati wanusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil ‘Alamin. (ilham)
Materi disampaikan oleh: H. Ali Yusuf S.Sy., S.Th.I., M.Hum. pada Kajian Rutin Ahad Pagi Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (Ahad, 5 Maret 2017) dan dirangkum oleh: Ilham Lukmanul Hakim [Tim Sayyidun PERSADA UAD]