Meneladani Sifat Ar-Rahman dalam Kehidupan

Oleh Niki Alma Febriana Fauzi, M.Ud

قُلِ ٱدْعُوا۟ ٱللَّهَ أَوِ ٱدْعُوا۟ ٱلرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَّا تَدْعُوا۟ فَلَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَٱبْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا

Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al-asmaaul husna (nama-nama yang terbaik). Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan jangan pula merendahkannya, dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”. (QS. Al-Isra’/17: 110)

            Salah satu sifat Allah SWT yang mulia dan memiliki makna yang luar biasa ialah Ar-Rohmân, tentunya tanpa menyampingkan sifat Allah yang lain. Bahkan di dalam al-Quran, sifat ini diabadikan menjadi salah satu nama surat, yakni surat ke-55 (QS. Ar-Rohmân), selain itu juga tersebut dalam banyak ayat, misalnya sebagaimana dalam lafadz basmalah yang seringkali diucapkan. Dalam ayat tersebut kata Ar-Rohmân diiringi dengan sifat Allah yang lain, yakni Ar-Rohîm.

            Secara bahasa, kata Ar-Rohmân dan Ar-Rohîm berasal dari asal kata atau akar kata yang sama, yakni: رَحِمَ – يَرْحَمُ. Ketika melihat terjemahan dalam bahasa Indonesia yang standar, biasanya diterjemahkan dengan Maha Pengasih-Maha Penyayang. Dua kata yang seakan akan hampir sama maknanya dalam bahasa Indonesia.

            Akan tetapi, jika menelisik lebih jauh kata tersebut, misalnya dengan melihat kitab-kitab tafsir yang dikarang oleh para ulama, maka akan didapatkan makna yang luar biasa mengenai makna dua kata tersebut. Sebagai contoh, dalam kitab tafsir Ibnu Kasir, menyebutkan bahwa kata Ar-Rohmân memiliki makna yaitu: kepengasihan Allah atau rasa kasih dan sayang Allah yang diberikan kepada seluruh makhuk-Nya. Bukan hanya kepada hamba-Nya semata, namun juga kepada makhluk Allah yang lain, yang ada di dunia ini baik yang beriman maupun yang tidak, baik itu manusia maupun selainnya.

            Sedangkan, kata Ar-Rohîm, diartikan dengan sifat pengasih Allah dan sifat penyayang -Nya yang akan diberikan kelak di akhirat, dan khusus diberikan untuk orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Demikianlah letak perbedaan di antara keduanya. Sifat Ar-Rohmân yang dimiliki Allah menunjukkan bahwa kasih sayang-Nya diberikan kepada siapapun tanpa ada pengecualian. Lantas pertanyaanya ialah, setelah mengetahui makna Ar-Rohmân tersebut, apa yang perlu dilakukan sebagai hamba Allah?

            Dalam diskursus ilmu kalam modern, orang yang dikatakan bertauhid tidak cukup mengesakan Allah saja. Akan tetapi, juga mampu mengaplikasikan nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari. Maka setelah mengetahui makna Ar-Rohmân, kewajiban seorang yang mengaku muslim ialah berupaya mengaplikasikan sifat kasih sayang tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

            Dalam lintasan sejarah umat Islam, pernah tercatat dan menjadi contoh yang dapat dijadikan teladan dalam mengaplikasikan sifat Allah ini. Rasulullah SAW adalah sosok panutan yang banyak mengplikasikan sifat ini, salah satu kisahnya yang masyhur ialah ketika ada seorang Yahudi yang rajin melemparkan kotoran kepada Rasulullah dari atas rumahnya setiap kali Rasulullah melewati jalan tersebut. Sampai suatu ketika Rasulullah tidak menjumpai orang yang selalu melemparkan kotoran kepada dirinya.

            Setelah mencari tahu kabar tentang orang tersebut, diketahuilah bahwa ia sedang sakit. Maka bergegaslah Rasulullah menjenguknya tanpa sedikitpun membawa rasa dendam, bahkan diceritakan pula Rasulullah datang membawakan buah tangan. Orang Yahudi yang selalu mendzolimi Rasulullah tadi terkaget dan mengira bahwa Rasulullah datang akan membalas dendam, namun justru Rasul datang untuk menjenguknya dan memberikan buah tangan bahkan membantu memenuhi kebutuhannya. Kemudian orang tersebut meminta maaf dan akhirnya bersedia memeluk agama Islam.

            Kisah di atas merupakan wujud pengamalan dari satu sifat Allah, tentunya masih banyak sifat Allah yang lain. Maka tidak heran Rasul pernah bersabda:

…صِلْ مَنْ قَطَعَكَ وَأَعْطِ مَنْ حَرَمَكَ وَاعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَكَ

“sambunglah orang yang memutuskan tali silaturahmi denganmu, berilah orang yang tidak mau memberi kepadamu, dan maafkanlah orang yang medzhalimimu.” Ramadhan mengajarkan agar setiap muslim mampu mengasah kepekaan diri, agar dapat mngaplikasikan sifat-sifat ketuhanan Allah dalam kehidupan sehari-hari.