Keutamaan Bulan Ramadhan
Oleh Royan Utsani, Lc., M.H.I
شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِى أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”. (QS. Al-Baqarah/2: 185)
Salah satu amalan mulia dan istimewa bagi seorang muslim ialah gugur syahid di medan perang untuk membela agama Allah. Banyak ayat al-Quran maupun hadis yang menjelaskan tentang keistimewaan akan hal tersebut. Bahkan Allah SWT menepis anggapan bahwa orang yang gugur di medan jihad itu mati, sesungguhnya mereka masih hidup dan di sisi Allah mendapat rezeki, بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (QS. Ali Imran/3: 169).
Dalam hadis riwayat at-Tirmidzi dan Ibnu Majah disebutkan bahwa orang yang gugur syahid di jalan Allah akan diberi enam perkara oleh Allah, yaitu: akan diampuni dosa-dosanya seiring dengan percikan darah pertama; Allah akan memperlihatkan tempatnya di surga; Allah akan menyelamatkannya dari siksa kubur dan neraka; kepadanya akan dipakaikan mahkota, yang apabila dikeluarkan maka dapat menyinari dunia dan seisinya; Allah akan menikahkannya dengan 72 bidadari; dan dapat memberi syafaat untuk 70 anggota kerabatnya. Kemuliaan yang luar biasa, lalu dalam hadis Bukhari-Muslim, disebutkan juga bahwa orang yang syahid menginginkan agar apat kembali ke dunia lalu mati syahid sebanyak sepuluh kali, karena ia melihat banyaknya balasan kebaikan yang diberikan.
Tetapi ternyata ada orang yang lebih baik dari orang yang gugur di jalan Allah tersebut, sebagaimana dalam hadis riwayat Ahmad dan Ibn Majah. Bahwasanya Thalhah berkata bahwa ada dua orang yang masuk Islam di hadapan Rasulullah, setelah itu antara dua orang tersebut satunya lebih rajin beribadah, bahkan syahid di medan perang. Sementara sahabat yang satunya, ia meninggal setahun setelahnya kemudian gugur di atas kasur. Thalhah bermimpi bahwa kedua orang tersebut berada di depan pintu surga, anehnya sahabat yang meninggal di atas kasur dan tidak ikut berperang justru masuk surga terlebih dahulu, maka peristiwa tersebut lalu diadukan kepada Rasulullah. Rasulullah menjawab, karena sahabat yang masuk surga terlebih dahulu sempat berjumpa dengan bulan Ramadhan serta beribadah di dalamnya.
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah SAW pernah ditanya orang yang paling baik di dunia. Kemudian Rasulullah menjawab bahwa yang paling mulia di dunia ialah: مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ (seseorang yang paling panjang usianya dan paling baik amalannya). Maka dari itu, siapapun yang masih diberikan usia oleh Allah SWT, perlu bagi mereka untuk memiliki skala prioritas. Adapun yang perlu menjadi perhatian ialah memanfaatkannya untuk talabul ‘ilmi/ mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Menuntut ilmu merupakan amalan yang sangat tinggi nilainya di sisi Allah. Bahkan di dalam al-Quran, satu-satunya doa untuk meminta tambahan tentang sesuatu ialah tambahan ilmu. Di sana tidak ada doa yang menyebutkan untuk meminta tambahan harta, jabatan, bahkan kalimat takwa sekalipun.Firman-Nya, …وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا (QS. Taha/20: 114). Dalam riwayat yang lain, Rasulullah pernah bersabda, مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ. Bahwa, barang siapa yang dikehendaki Allah kebaikan, maka akan dimudahkan dalam urusan agamanya. Mungkin ukuran kebaikan seseorang dalam satu daerah berbeda-beda, ada yang mengukurnya dengan harta kekayaan, jabatan yang tinggi, dan sebagainya. Akan tetapi ulama sepakat bahwa ukuran kebaikan yang sesungguhnya ialah bahwa orang tersebut faham terhadap agamanya