Konsep Iblis dalam Menyesatkan Manusia

Oleh Yayat Hidayat, M.Si

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ

 قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَن تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ

Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”.

Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah ! sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”. (QS. Al-A’raf/7: 12-13)

            Ketika Allah meciptakan nenek moyang manusia, yakni Nabi Adam as, Allah meminta kepada para Malaikat termasuk di dalamnya ‘iblis’ untuk bersujud kepada Nabi Adam as. Namun, iblis menolak perintah Allah tersebut, selanjutnya terjadi suatu dialog yang diabadikan oleh Allah dalam QS. Al-A’rof: 12 – 18.

            Apakah yang menghalangi iblis tidak mau bersujud ketika Allah memerintahkannya?. Iblis mengatakan bahwa dirinya lebih baik dan lebih hebat daripada Adam, di mana Allah menciptakan iblis dari api, sedangkan Adam ‘alaihi ssalaam Allah ciptakan dari tanah. Jawaban iblis tersebut menyebabkan dirinya dikeluarkan dari surga, tidak lain karena adanya kesombongan dalam dirinya. Demikianlah karakter iblis dan sejenisnya, yaitu sombong/ takabur. Namun, sejatinya mereka itu shoghir atau kecil, bahwasanya tipu daya dan godaan mereka itu sangat kecil.

            Setelah diusir, iblis kemudian meminta kepada Allah tangguhan atas kematiannya sampai dengan hari berbangkit. Maka, Allah memberikan tangguhan atas kematianya. Di sini ahli tafsir berbeda pandangan tentang keturunan iblis. Ada yang menyebutkan bahwa nenek moyang iblis belum mati, kecuali keturunannya. Terlepas dari hal itu, bahwasanya kematian iblis dan bala tentaranya ditangguhkan oleh Allah.

            Tidak cukup sampai di situ, iblis kemudian berjanji bahwa: oleh karena Allah telah menyesatkannya, maka pasti kelak iblis dan bala tentaranya akan menghalangi manusia dari jalan Allah yang lurus. Mereka berusaha dengan sekuat tenaga untuk hal itu. Bahkan, dalam uraian ayat tersebut dijelaskan juga cara mereka dalam menghalangi manusia dari jalan Allah, yaitu: mereka akan mendatangi manusia dari arah depan, belakang, sebelah kanan dan kiri. Itulah konsep yang digunakan, mereka memiliki misi yaitu untuk menyesatkan seluruh manusia dari semua lini. Dan dialog tersebut diabadikan oleh Allah agar menjadi pembelajaran bagi orang-orang yang beriman. Iblis berusaha menjauhkan manusia dari jalan Allah.

            Dan konsep terakhir yang dijalankan oleh iblis, ialah agar manusia tidak mau bersyukur kepada Allah. Potensi yang telah Allah karuniakan/ amanahkan kepada manusia dibuatnya menjadi hilang kesadaran. Sehingga manusia menjadi tidak sadar dengan fitrahnya, sebagai muslim tidak sadar lagi bahwa hidupnya telah diatur oleh Allah, dengan tuntunan berupa wahyu (al-Quran dan sunnah) sebagai pedoman hidupnya.

            Ketika memperhatikan berbagai kondisi yang terjadi sekarang ini, maka akan banyak menjumpai hal-hal yang sangat memprihatinkan. Apa yang terdapat di dalam al-Quran dan as-sunnah sangatlah indah, namun realisasi atas keindahan tersebut masih belum menjelma dalam kehidupan seorang muslim. Image atau persepsi dari orang-orang luar terhadap ‘muslim’ masih buruk, karena bisa jadi nilai-nilai yang telah dijelaskan dalam al-Quran dan as-sunnah masih jarang dipraktikan.

            Sebagai catatan akhir, pada dasarnya setan maupun iblis seharusnya mencerdaskan manusia, karena semua sudah jelas berdasarkan keterangan dari Allah di atas. Sangat aneh ketika banyak manusia yang masih mau diperbudak oleh iblis menjadi temannya, sahabatnya, bahkan menjadi pelaku gerakan-gerakannya di muka bumi. Padahal, sudah sangat jelas konsep iblis dalam menggangu seperti apa, dan bahwa Allah juga sudah menjelaskan konsep/ jalan hidup yang harus di tempuh seorang beriman agar dapat selamat dari bujuk rayu iblis dan bala tentaranya itu.   Bahkan konsep bertahan dengan nilai-nilai keimanan sebagaimana banyak dijelaskan dalam al-Quran maupun hadis-hadis Rasulullah SAW.

            Pertanyaannya ialah, ‘maukah melaksanakan konsep yang Allah berikan itu atau tidak?,’ Apabila jawabannya tidak mau, dan justru mengikuti langkah-langkah iblis, maka konsekuensinya ada pada ayat ke-18 surah al-A’rof tersebut, yakni mereka akan menjadi penghuni jahannam. Na’udzu billahi min dzalik