Ramadhan Syahrul Qur’an

Oleh H. Nur Kholis, S.Ag., M.Ag

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِى أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Bulan Ramadhan, (merupakan bulan) yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”. (QS. Al Baqarah/2: 185)

            Dalam ayat di atas, dijelaskan bahwa Al-Quran merupakan petunjuk. Al-Quran merupakan kitab petunjuk yang memiliki keistimewaan, selain sebagai kitab penyempurna daripada kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelumnya, juga sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW.     

            Bulan Ramadhan ini menjadi mulia karena Al-Quran diturunkan di dalamnya, bukan sebaliknya karena bulan ini mulia, maka al-Quran diturunkan. Oleh karenanya, Ramadhan juga dikenal dengan istilah Syahrul Quran. Salah satu pertanyaan yang paling mendasar, kaitannya hubungan antara Al-Quran dengan umat Nabi Muhammad SAW ialah, “sudah sejauh mana berinteraksi dengan Al-Quran?”

وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا

Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan”. (QS. Al Furqan: 30)

            Dalam ayat tersebut, Rasulullah mengadu kepada Allah yang memprediksi keadaan umatnya di masa yang akan datang. Kalau dilihat dalam Tafsir Ibnu Katsir, kata Mahjura dapat diartikan sebagai:

  1. Tidak mempelajarinya.
  2. Tidak menghafalkannya.
  3. Tidak mengimaninya.
  4. Tidak menjalankan perintahnya.
  5. Tidak mau mentadabburinya.
  6. Berpaling menuju kepada sesuatu yang lain, serta tidak menjadikan Al-Quran sebagai bahan rujukan maupun pedoman hidup.

Sebagaimana tersebut dalam QS. Fushilat : 26, Allah Ta’ala berfirman:

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهَٰذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ

Dan orang-orang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka”.

            Apabila dibahasakan, maka boleh jadi maksudnya seperti berikut ini: Orang-orang kafir sangat giat mempengaruhi orang lain untuk tidak berdekatan dengan al-Quran. “Janganlah kalian dengarkan Al-Quran itu, dengan begitu kalian pasti akan dapat mengalahkan orang-orang Islam. Bahkan tugas kalian adalah mengaucaukan umat Islam dari membaca, memahami, dan mengamalkan al-Quran. Sehingga kalian akan berhasil mengalahkannya dan memperoleh kemenangan”.

            Kemenangan dan ketinggian derajat umat Islam yang dikhawatirkan oleh orang-orang kafir ialah, selama umat Islam masih istikomah menjadikan al-Quran sebagai pegangan hidupnya. Pada dasarnya, siapapun yang masih suka duduk bersama orang yang membaca al-Quran dan memahami isi kandungannya, maka dia pasti akan tertarik kepadanya, sehingga habislah perjuangan orang-orang kafir itu. Maka misi utama mereka ialah mengacaukan umat Islam, dengan cara menjauhkan diri dari belajar Al-Quran.

            Padahal Al-Quran memiliki manfaat yang dahsyat. Sebagaimana tersebut dalam QS. Yunus/10: 57

 يَٰأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

            Selanjutnya, bagaimana caranya untuk berinteraksi dengan Al-Quran?

            Berikut ini beberapa hal yang dapat diupayakan. Sehingga diharapkan orang yang melakukan perbuatan di bawah ini tidak tergolong sebagai orang yang mahjura, sebagaimana yang diadukan oleh Rasulullah kepada Allah Ta’ala.

  1. Mendengar dan menyimaknya.

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang, agar kamu mendapat rahmat (QS. Al-A’raf/7: 204).

Bahkan Rasul juga biasa menyimaknya. Ibnu Mas’ud pernah diminta oleh Rasulullah untuk membacakan Al-Quran. “aku senang mendengarnya dari orang lain selain bacaanku,” begitulah kira-kira jawaban Rasulullahketika Ibnu Mas’ud merasa heran karena diminta membacakan al-Quran di hadapan Rasulullah.

  • Membaca dengan tertil.

أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا

…atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan (QS. Al-Muzammil/73: 4).

Dalam hadis juga disampaikan, bahwa orang yang mahir dalam membaca Al-Quran, akan bersama para Malaikat yang mulia. Selain itu, diriwayatkan juga bahwa Al-Quran dapat menjadi syafaat di hari Kiamat bagi orang yang suka membacanya.

  • Menjaga dan menghafalkannya.

إِنَّ الرَّجُلَ الَّذِي لَيْسَ فِي جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنَ الْقُرْآنِ ، كَالْبَيْتِ الْخَرِبِ

Sesungguhnya seorang yang tidak ada di perutnya sedikit pun Al Qur’an, adalah seperti rumah rusak/hancur  (HR. Ahmad)

  • Mentaddaburinya.

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلْقُرْءَانَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? (QS. Muhammad/47: 24)

  • Belajar mengajarkan dan mendakwahkan.

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ ٱللَّهُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحُكْمَ وَٱلنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِّى مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَٰكِن كُونُوا رَبَّٰنِيِّۦنَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ ٱلْكِتَٰبَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ

Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku, bukan penyembah Allah”. Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya (QS. Ali Imran/3: 79).

  • Mengamalkan dalam kehidupan,

أَتَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ ٱلْكِتَٰبَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? (QS. Al Baqarah/2: 44).

  • Membela dan mensyiarkannya,

ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَٰئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى ٱلْقُلُوبِ

Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati (QS. Al Hajj/22: 32).

            Demikianlah, tahapan dan langkah dalam berinteraksi bersama Al-Quran. Maka, di bulan yang mulia ini alangkah baiknya ketika berusaha untuk selalu dekat berinteraksi bersama Al-Quran.

Editor : Diyan Faturrahman