Beragama dengan Dasar Pemahaman yang Benar

H. Untung Cahyono, M.Hum

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيْرًا

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”. (QS. An-Nisa’/4: 115)

            Bulan suci Ramadhan memiliki dampak yang sangat positif di lingkungan masyarakat. Salah satunya ialah semangat berjamaah kembali muncul, dan hampir semua masjid terisi penuh. Kuantitas tersebut harapannya diikuti dengan peningkatan pemahaman ajaran Islam, dengan harapan kualitas kehidupan akan semakin baik, karena didasari dengan pemahaman dan pengertian yang benar.

            Hal itu menjadi suatu bagian yang penting dan perlu ditegaskan, karena ketika seorang muslim beragama namun tidak menjalaninya sesuai dengan pengertian ajaran Islam yang benar, tentu akan sangat beragam apa yang dilakukan oleh umat Islam itu sendiri. Oleh karenanya, kesempatan emas di bulan suci Ramadhan harus terus dimanfaatkan untuk menambah pemahaman keislaman. Sehingga berpeluang menjadi muslim yang sebaik-baiknya. Semakin bertambah usia, harapannya apa yang dilakukan semakin bermanfaat.

            Kesalehan tidak hanya diukur dari pelaksanaan ibadah wajibnya saja, lebih dari itu bahwa setelah melaksanakan ibadah yang wajib, harus mampu memberikan warna nilai-nilai keislaman dalam aktivitasnya sehari-hari. Dari sini timbul satu pertanyaan yang sangat penting, apakah umat Islam sudah memiliki satu pandangan, visi, harapan dan semangat untuk menjalani kehidupan ini?

            Jawaban dari pertanyaan di atas dapat langsung dilihat dalam realita yang ada. Misalnya ketika suatu masyarakat tertentu merasa belum mempunyai tempat ibadah yang memadai, lalu muncul semangat yang sama bahwa mereka harus membangun tempat ibadah yang representatif. Maka, karena mereka mempunyai spirit dan harapan yang sama, terwujudlah bangunan tempat ibadah yang diharapkan itu.

            Umat Islam diharapkan tidak terbatas sekedar memikirkan pembangunan tempat ibadah saja, akan tetapi tidak kalah penting dari itu ialah bagaimana agar umat muslim memiliki satu pandangan dalam mengelola sumber daya manusia (SDM), bahkan sumber daya alamnya (SDA) yang juga sangat melimpah di negeri ini. Jika hal tersebut dikerjakan dengan satu semangat demi kemajuan bersama anak bangsa, tentu tidak ada hal yang trrjadi di luar yang diinginkan. Seperti terjadinya kasus korupsi, manipulasi, perilaku curang, dan seterusnya.

            Untuk menuju ke arah tersebut membutuhkan satu modal, yakni memiliki pemahaman dan pengertian dasar pelaksanaan ajaran Islam yang benar. Forum seperti kuliah subuh, kultum menjelang berbuka puasa, tausiyah menjelang/ setelah tarawih, khutbah jumat, pengajian-pengajian akan sangat bermanfaat. Selain itu pendidikan formal maupun non formal yang dikelola stiap hari. Semua itu menjadi bagian penting sebagai modal untuk dapat memberikan pemahaman Islam yang benar. Sehingga semangat, harapan, doa, kerja serta evaluasinya menjadi satu dasar dan satu pandangan yang benar.

            Namun, apabila seorang muslim belum mempunyai modal dasar yang tepat, maka akan sulit untuk dapat memiliki perubahan ke arah yang lebih baik. Contoh kecil misalnya dalam sebuah keluarga besar yang tinggal di satu tempat yang mungkin kurang nyaman, lalu mereka bermusyawarah untuk berpindah tempat. Jika mereka tidak memiliki satu pandangan, maka tidak akan terjadi perpindahan tempat yang mereka bisa tinggal bersama.

            Ketika menyangkut hal yang lebih besar dari itu, seperti kepentingan umat Islam dalam hal kepemimpinan, bagaimana memilih pemimpin hingga proses memilih pemimpin. Hal tersebut menjadi sesuatu yang sangat penting. Apakah umat Islam sudah benar-benar memahami masalah kepemimpinan, bagaimana tipe ideal seorang pemimpin, serta cara untuk dapat mewujudkannya. Apabila sudah mempunyai pemahaman yang sama mengenai pemimpin yang ideal, jujur dalam proses pemilihan, bersikap dewasa, cermat, tidak sembarangan, serta tidak mudah dipengaruhi. Maka pemimpin yang diharapkan akan dengan mudah diperoleh dan menjadi kebanggaan bersama. Bukan sebaliknya, terjadi chaos antara beberapa pihak yang belum siap menerima kekalahan.

            Kepemimpinan dalam setiap level sangat menentukan, baik di tingkat jamaah, komunitas, kelompok, masyarakat atau bahkan sampai di tingkat yang lebih besar yaitu bangsa. Pimpinan suatu jamaah merupakan gambaran mentalitas pemahaman dan kecakapan rakyatnya. Apabila rakyatnya pintar dan cerdas, tidak mudah tergoda oleh beragam tawaran ‘semu’, maka bisa dipastikan pimpinannya juga sesuai harapan bersama.

            Jadi, beragama dengan dasar pemahaman yang benar menjadi bagian yang sangat menentukan perjalanan orang tersebut, baik dalam keluarga, jamaah maupun komunitasnya. Setiap anggota keluarga yang mempunyai kesadaran yang sama akan terjalin sinergi. Maka dalam Islam terdapat konsep bahwa mencari ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim dan hal itu sebagai modal dasar untuk mewujudkan dasar pemahaman agama yang benar sehingga tidak salah arah.