Khutbah Jum’at: 2 anugerah terbaik yang diberikan kepada manusia
Manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang sempurna daripada makhluk lainnya. Dalam Q.S. at-Tin ayat 4 memberikan pandangan bahwa manusia memiliki kelebihan dan keistimewaan. Jika dilihat secara kasat mata fisik manusia tentu berbeda dengan makhluk lainnya. Namun, tidak hanya itu Allah SWT menurunkan kepada manusia sebuah keistimewaan, di mana manusia memiliki dua anugerah yang Allah berikan yaitu akal pikiran dan hawa nafsu.
Ada 4 (empat) macam makhluk yang diciptakan oleh Allah menurut imam al-Ghazali, Pertama yaitu makhluk yag diberi Allah akal namun tidak diberikan hawa nafsu, hal ini disebut dengan malaikat. Kedua, makhluk yang diberi oleh Allah hawa nafsu tapi tidak dengan akal, maka dikenal dengan hewan atau binatang. Kemudian Allah juga menciptakan makhluk yang tidak diberikan hawa nafsu maupun akal, maka dikenal dengan benda mati. Kemudian, keempat yaitu makhluk yang diberi akal dan hawa nafsu yaitu manusia.
Dari empat macam makhluk Allah ini, imam al-Ghazali menjelaskan bahwa dua anugerah terbaik kepada manusia itu adalah akal dan hawa nafsu. Akal memiliki energi positif, karena hal itu akal dapat memberikan wawasan informasi dan pertimbangan apa itu baik atau buruk. Berbeda dengan hawa nafsu yang memiliki energi negatif, yang mendorong dan memotivasi manusia untuk melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan hal itu baik atau tidak.
Ustadz Budi Jaya Putra selaku khatib pada hari Jum’at (22/09) masjid Islamic center UAD, ia sampaikan, bahwa ketika akal mampu mengontrol hawa nafsu sehingga manusia berada di atas hawa nafsunya, maka manusia akan menjadi makhluk yang mulia. Sebagaimana Q.S. An-Nazi’at ayat 40-41
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفْسَ عَنِ ٱلْهَوَىٰ ^ فَإِنَّ ٱلْجَنَّةَ هِىَ ٱلْمَأْوَىٰ
Artinya:
“Adapun orang yang takutkan keadaan semasa ia berdiri di mahkamah Tuhannya, (untuk dihitung amalnya), serta ia menahan dirinya dari menurut hawa nafsu, maka sesungguhnya surgalah tempat kediamannya.”
Dari dua ayat tersebut, secara jelas Allah memberikan cara dalam potensi akal untuk menguasai hawa nafsu dan mengantarkan kebaikan manusia menuju surgaNya, ketika dirinya telah mampu mengontrol hawa nafsunya. Dan hal itu manusia akan melakukan perbuatan-perbuatan yang diridhai oleh Allah SWT. Sebaliknya ketika hawa nafsu menguasainya maka manusia akan melakukan perbuatan-perbuatan yang dimurkai oleh Allah SWT.
Sllah langsung terangkan pada Q.S. Al-A’raaf ayat 179
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
“Marilah kita senantiasa berusaha untuk berjuang sebaik-baiknya agar kita mampu mengendalikan hawa nafsu yang telah dianugerahkan kepada kita dengan menjadikan akal pikiran sebagai pengevaluasi diri dari hawa nafsu yang ada pada diri kita. Oleh karena itu kita untuk senantiasa selalu memperbanyak pengetahuan sehingga kita dapat mengerti yang hak dan yang batil.” Tutupnya.
(Badru Tamam)
Link Full Video: