Khutbah Jum’at: Hikmah menjadi generasi cerdas dan berkemajuan

Pada Jum’at (15/09), Masjid Islamic Center UAD didatangi para mahasiswa baru Universitas Ahmad Dahlan (UAD) untuk mengerjakan shalat Jum’at berjamaah. Pada kesempatan kali ini yaitu ustadz Jannatul Husna, Ph.D. bertindak sebagai khatib Jum’at.

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ

“Maka Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Q.S. Al-Mujadilah: 11)

Dia sampaikan bahwa salah satu cara untuk mengangkat status atau mobilitas sosial ekonomi bangsa adalah melalui jalur pendidikan. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat. Pada ayat tersebut, agar orang-orang beriman menjadi generasi yang cerdas berkemajuan menurut al-Quran dan hadis.

Jannatul Husna berikan beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pertama, menuntut ilmu harus dilandasi dengan niat yang ikhlas karena Allah. sebagaimana nabi Muhammad SAW mengingatkan bahwa menuntut ilmu itu kewajiban bagi setiap orang muslim.

“bagi setiap muslim karena itu pertama yang perlu ditanamkan adalah untuk apa kita kuliah? Jangan sampai kuliah ini hanya kita buat sebagai rutinitas saja seperti kebanyakan setelah orang tamat SD masuk SMP setelah SMP lanjut SMA kemudian kuliah”

Dia tegaskan kuliah itu dalam rangka menyempurnakan perintah Allah dan rasul yaitu menuntut ilmu. Dalam beberapa riwayat juga disebutkan bahwa seruan menuntut ilmu itu sejatinya harus dilandasi dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT. Jangan sampai niat karena ingin disebut terdidik atau kaum intelektual saja, hal ini yang dikhawatirkan oleh nabi SAW.

Atau bahkan ingin berdebat dikalangan orang-orang bodoh atau karena ingin pandangan masyarakat tertuju padanya maka mereka akan berada di dalam neraka. Dalam hadis lain disebutkan bahwa pentingnya menuntut ilmu dimulai dengan niat yang baik yaitu ketika diberikan peringatan oleh nabi SAW dalam sebuah riwayat bahwa kelak ada tiga golongan manusia yang diadili di hadapan Allah SWT, salah satunya adalah kaum intelektual.

“… giliran orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain. Setelah itu dihadapkan kepada Allah, maka orang itu ditanya, “Apa yang telah kamu lakukan di dunia hai hambaKu?” Allah SWT berkata padanya, “Kamu telah berdusta. Sebenarnya kamu mencari ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain agar kamu disbeut orang alim. Kamu un membaca al-Qur’an agar kamu disebut sebagai orang yang pandai membacanya.” (H.R. Muslim)

Dia sampaikan pesan dan mengaja kepada mahasiswa baru untuk memulai estafeta kehidupan yaitu proses perkuliahan dengan niat yang baik dalam rangka mendapatkan keridhaan Allah SWT karena menuntut ilmu adalah kewajiban dalam agama. Kedua, belajar dengan sungguh-sungguh, karena dengan kesungguhan itu menjadi nikmat terbesar bagi para penuntut ilmu terkhusus yang berstatus mahasiswa.

Orang yang bisa melanjutkan kuliah itu menjadi nikmat kesempatan di mana tidak semua orang dapat melanjutkannya, tetapi harus dimanfaatkan sebaik mungkin dengan menggali potensi skill dan mengembangkannya. Dan masa muda ini menjadi sesuatu mudah dilakukan untuk berprestasi dan akan sulit ketika sudah masa tua. Karena nabi SAW bersabda dalam banyak riwayat bahwa pentingnya mengoptimalkan usia muda sehingga tidak menyia-nyiakan usia muda. Sebagai dalam hadis nabi tentang lima kesempatan sebelum data lima kesempatan berikutnya, salah satunya mengoptimalkan masa muda sebelum masa tua.

“Mari kita bersungguh-sungguh dalam belajar, ikutilah perkuliahan dengan baik, asah kemampuan kita, berinteraksi, leadership, kita komunikasikan kita melalui organisasi yang memacu minat dan bakat kita menjadi mahasiswa yang luar biasa. Dan menjadikan lingkungan kita benar-benar mampu mendorong kita menjadi pribadi-pribadi yang terbaik.” pesannya

Ulama juga berpendapat tidak mungkin ilmu itu didapat dengan berleha-leha atau kebalikan dari sungguh-sungguh. Ketiga, harus merawat ketaatan dan ketundukkan kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadis disebutkan salah satu dari tujuh generasi adalah seorang pemuda atau pemudi yang tumbuh dan berkembang dalam ketaatan kepada Allah SWT.

Dalam Islam ilmu tidak hanya dapat dikejar dengan mengoptimalkan kemampuan indera tetapi Allah menitipkan ilmu yang tidak diketahui melalaui ketaatan dan ketundukkan seorang hamba kepadaNya. dengan semua hal itu, kelak menjadi generasi yang cerdas dan berkemajuan seperti yang diisyaratkan oleh nabi SAW.

(Badru Tamam)

Link Full Video: