Rektor UAD Sampaikan Tausiyah dan Resmikan Kegiatan Ramadan Di Kampus (RDK) 1443 H
YOGYAKARTA—Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan menyelenggarakan shalat Isya’ dan Tarawih secara berjama’ah, sekaligus launching kegiatan “Ramadan Di Kampus (RDK)” tahun 1443 H/2022 M. Acara ini turut dihadiri oleh Rektor UAD, segenap dosen, serta mahasiswa-mahasiswa UAD. Adapun penyelenggarannya dilakukan secara luring maypyn daring di kanal Youtube “Majid Islamic Center UAD” pada Jum’at (01/04).
Di antara rangkaian kegiatan Ramadan Di Kampus (RDK) UAD adalah takjilan, kajian jelang buka puasa, kajian dan shalat Tarawih, Tahsin dan Kajian Dhuha, santunan dhuafa dan anak yatim, RDK menyapa PCIM, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Rektor UAD, Dr. Muchlas, M.T sebelum meresmikan kegiatan RDK beliau menyampaikan tausiyah qabla tarawih terlebih dahulu.
Dalam tausiyahnya rektor menyampaikan bahwa Rasulullah pernah bersabda perihal dua nikmat yang banyak diabaikan oleh manusia; nikmat sehat dan nikmat waktu luang. Bagi orang-orang yang bersyukur tentu akan memanfaatkan nikmat ini untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat, sehingga membuat hidup kita bermartabat di hadapan manusia, terkhusus dihadapan Allah Swt.
Dalam al-Qur’an –surat Ibrahim ayat 7— Allah Swt berfirman bagi mereka yang senantiasa bersyukur maka tentu Allah akan menambah nikmat kepadanya dan jika kufur maka ingatlah sesungguhnya azab Allah sangatlah pedih.
”Waktu luang harus dimanfaatkan agar kita semakin produktif dalam mengemban profesi kita dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Sebaliknya, bagi orang-orang yang kufur terhadap nikmat waktu boleh jadi modalnya itu terbuang sia-sia. Banyak kegiatan yang tidak menghasilkan manfaat di dalamnya; mudarat bahkan hal-hal yang dapat menjerumuskan dirinya ke dalam kemaksiatan dan kebatilan.” Ujar Rektor UAD. Ini sebagaimana kata-kata bijak:
“jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik maka dirimu pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang buruk.”
Pak Rektor menambahkan bahwa syukur perlu diwujudkan selain melalui hati, juga melalui lisan. Terlebih lagi syukur dapat diimplementasikan dan direalisasikan dalam bentuk amal saleh yang dapat memberikan manfaat pada orang lain.
Ada sebuah hadis dari Bunda Aisyah, beliau menceritakan bagaimana Rasul senantiasa menunaikan salat malam hingga kaki beliau bengkak, kemudian ketika Aisyah bertanya: “Mengapa engkau melakukan hal ini wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur?”
“Marilah kita menjadi hamba-hamba yang pandai bersyukur kepada Allah Swt.” Pungkas beliau.
Kemudian, pak Muchlas menjelaskan di Indonesia ada tiga metode yang digunakan dalam menentukan awal bulan baru; pertama, metode Rukyatul Hilal. Metode ini dilakukan dengan cara melihat hilal atau bulan baru secara langsung. Ini biasanya digunakan oleh Nahdlatul Ulama (NU); kedua, metode Imkanur Rukyat. Metode ini adalah dengan cara memperkirakan bulan dengan cara perhitungan. Metode ini digunakan oleh Kementerian Agama; ketiga, metode Hisab Hakiki wujudul Hilal. Metode ketiga ini digunakan oleh Muhammadiyah.
Dalam bulan Qomariyah pergantian tanggal itu terjadi di waktu Magrib, yaitu setelah Maghrib sudah masuk hari baru atau bulan baru. Sedangkan di Bulan Syamsiah pergantian tanggal dan bulan itu terjadi pada pertengahan malam atau terjadi pada pukul 00.00 WIB.
Pak Muchlas menjelaskan bahwa Muhammadiyah dalam menggunakan metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal senantiasa memiliki tiga kriteria untuk menetukan sudah masuk bulan baru atau belum; pertama, telah terjadi Ijtimak (konjungsi), yaitu putaran bulan sudah penuh mengitari bumi; kedua, ijtimak terjadi sebelum maghrib; ketiga, pada saat pada saat matahari terbenam bulan belum terbenam atau bulan masih berada di atas ufuk.
Berdasarkan hisab yang dilakukan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, ijtimak terjadi pada hari Jum’at pukul 13:27:13 WIB. Adapun tinggi bulan mencapai 2° 18′ 12″ saat matahari terbenam (hilal sudah wujud). Lalu, di seluruh Indonesia saat matahari terbenam bulan masih berada di atas ufuk. Adapun kesimpulannya adalah Ramadan tahun 1443 H jatuh pada 1 April 2022 bakda Magrib.
“Sekarang kita sudah mantap. Adapun kebenaran itu relatif dihadapan Allah. Rukyatul Hilal memiliki kebenaran yang relatif. Imkanur Rukyat memiliki kebenaran relatif, dan kita juga memiliki kebenaran yang relatif. Tapi upaya kita untuk mendekatkan sains atau ilmu hisab ini untuk mendapatkan kebenaran hakiki itu menjadi kewajiban kita. Saya mengamati di persyarikatan Muhammadiyah ini telah diupayakan dengan sangat kuat dengan adanya dukungan lebih dari 160 perguruan tinggi Muhammadiyah di Indonesia dalam mendukung keilmuan dalam memverifikasi hisab yang telah dilakukan oleh PP Muhammadiyah.” Tegas pak Rektor.
Terkait dengan hisab ini pun telah mendapatkan legitimasi dari Allah Swt dalam al-Qur’an yaitu dalam QS. Ar-Rahman ayat 5 dan QS. Yunus ayat 5. Kedua ayat tersebut menjadi rekomendasi bahwasannya awal bulan dan awal tahun itu dapat ditentukan dengan cara hisab. Dengan demikian, dalam menentukan awal bulan dan awal tahun dapat dilakukan dengan hisab.
Kemudian, setelah kita mendapatkan kemantapan dari pengetahuan (hasil hisab) ini. Maka yang harus dilakukan selanjutnya yang jauh lebih penting adalah mempersiapkan diri dalam menyambut bulan Ramadan ini. Apa yang harus kita persiapkan? Pak Muchlas lalu menyampaikan sebuah hadis Nabi Saw:
“Selamat datang wahai yang menyucikan! para sahabat bertanya: “Siapakah wahai Rasulullah yang menyucikan itu?” Beliau menjawab: “Yaitu bulan Ramadan, bulan yang menyucikan kita dari segala dosa.”
Dalam kesempatan lain Rasulullah Saw melakukan penyambutan terhadap bulan Ramadan:
“Wahai manusia bulan yang mulia dan penuh berkah telah datang menaungi kalian. Suatu bulan yang di dalamnya terdapat malam yang nilainya lebih baik dari 1000 Bulan. Pada bulan ini Allah menetapkan puasa sebagai kewajiban dan qiyamulail sebagai ibadah sunnah. Barang siapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu perbuatan yang baik, maka dia bagaikan melakukan kewajiban di bulan lainnya, dan barang siapa yang melakukan kewajiban di bulan ini maka dia sama dengan melakukan 70 kewajiban di bulan lainnya.”
Kemudian, kita perlu melakukan persiapan. Setidaknya yang harus dipersiapkan adalah persiapan ilmu, yaitu dengan membekali diri dengan ilmu pengetahuan seputar puasa atau yang disebut dengan “Fikih Puasa”. Lalu, persiapan fisik dan mental. Kita kondisikan fisik kita dan biasakan untuk mengontrol diri dari melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat.
“Mari kita laksanakan amalan-amalan di bulan Ramadan ini dengan sebaik-baiknya ada beberapa amalan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Wasallam di bulan ini: memperbanyak sedekah, membaca al-Qur’an, qiyamur-ramadaan/tarawih, jauhkan diri dari segala perkataan dan perbuatan yg dapat mengurangi pahala puasa kita, seperti dusta, ghibah, fitnah, berkata kasar, dan perbuatan lainnya.” Pesan Rektor.
Selanjutnya beliau menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan pelaksanaan Ramadan di kampus UAD, baik itu para narasumber maupun seluruh panitia yang telah mempersiapkan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya, serta kepada seluruh jamaah Islamic Center.
“Kami ucapkan selamat berpuasa. Mudah-mudahan Allah Swt memberikan kekuatan kepada kita, sehingga kita bisa melaksanakan ibadah puasa dan rangkaian-rangkaian ibadah yang menyertainya, sehingga tujuan puasa yaitu menjadikan kita bertakwa betul-betul bisa kita peroleh.”
“Dengan mengucap “Bismillahirrahmānirr-rahīm” Rangkain kegiatan Ramadan di kampus tahun ini resmi dimulai.” Tutup Rektor UAD. (Ahmad Farhan)
berita ini sudah diupload di Suara Muhammadiyah.