Menjaga dan Melestarikan Bumi

YOGYAKARTA—”Bulan Ramadhan tahun 1443 H ini mengulang kesempatan yang telah diberikan Allah di tahun sebelumnya. Demikianlah doa kita yang kita panjatkan sejak Rajab dahulu. Hari ini kita telah berada di Bulan Ramadhan. Dalam tradisi masyarakat Arab jahiliyah, kala itu jelang Ramadhan datang ada kesepakatan di antara mereka, kalau Ramadhan tiba maka berhentilah peperangan. Tidak ada perkelahian. Tidak ada aksi-aksi kriminalitas. Jangan sampai sedikit pun darah tercecer. Itu cara kaum Jahiliyah dalam menyambut Ramadhan kala itu.” Ujar Ustaz Hendra Darmawan (Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah dan Kepala Bidang Kaderisasi LPSI UAD) kala memberikan kultum qabla Tarawih di Masjid Islamic Center UAD pada Senin (04/03).
Ustaz Hendra menerangkan bahwa kata “Ramadhan” sendiri berasal dari kata “ramadha-yarmadhu” yang memiliki makna “membakar dengan ketinggian suhu bakar yang optimal”. Seakan-akan tersirat di dalamnya, Ramadhan adalah momentum untuk menempa diri, untuk berjibaku memanfaatkan kesempatan yang telah Allah berikan ini dengan upaya-upaya yang optimal; untuk menggapai apa yang disebut dengan “fadhail al-A’māl”, yaitu keutamaan-keutamaan dalam beramal.

Dalam rangkaian ayat yang membicarakan rangkaian puasa QS. Al-Baqarah ayat 183-187. Di penghujung ayat yang membahas tentang puasa ada ayat yg berbunyi sebagai berikut:

وَلَا تَأۡكُلُوٓاْ أَمۡوَٰلَكُم بَيۡنَكُم بِٱلۡبَٰطِلِ وَتُدۡلُواْ بِهَآ إِلَى ٱلۡحُكَّامِ لِتَأۡكُلُواْ فَرِيقٗا مِّنۡ أَمۡوَٰلِ ٱلنَّاسِ بِٱلۡإِثۡمِ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ

Artinya: Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui. (QS. al-Baqarah: 188)
Kita ingat bahwasannya di bulan puasa ini kalau kebutuhan basic manusia adalah makan dan minum. Di sisi lain adalah kebutuhan pemenuhan seksual bagi orang-orang yang sudah menikah. Namun, demi dedikasinya kepada Allah Swt panggilan dalam ayat ini direspon dengan “sami’na wa atha’na (kami dengar dan kami taat)”. Hal-hal yang dihalalkan oleh Allah di luar Ramadhan kita hentikan demi ibadah puasa ini. Maka, kaitannya adalah orang-orang berjibaku mempertaruhkan segala macam cara untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat basic tadi, tetapi kita pun diberikan rambu-rambu melalui ibadah puasa ini. Ibadah puasa melatih kita untuk disiplin dan mengendalikan hawa nafsu agar sesuai dengan apa yang termaktub dalam QS. 2:188.
Kita amati hari ini banyak sekali model manusia yang demikian; menghalalkan segala cara, membuat skenario sosial engineering seakan-akan benar dan miliknya. Padahal, jelas-jelas itu bukan miliknya. Dalam bahasa sekarang masyhur disebut dengan korupsi, kolusi, dsb. Hari ini kita banyak disuguhkan beberapa kasus, seperti ada aset Muhammadiyah harus dirobohkan plang-nya. Selain itu, ada juga kasus yang baru sekolah Muhammadiyah di Bandung tiba-tiba keluar SK tanah yang baru yang dimilki oleh pihak lain. Maka, kita harus lebih hati-hati dalam merespon hal-hal tersebut agar kita tidak menjadi insan-insan yang merendahkan diri kita sendiri; menjatuhkan karamatul insan kepada kehinaan. Ini hanya demi memperturutkan hawa nafsu, sehingga implikasinya adalah menghalalkan segala cara, menggunting dalam lipatan, dsb.
Kemudian, tidak kalah pentingnya di bulan Ramadhan ini adalah terkait dengan daya konsumsi, kecenderungan kita untuk mengonsumsi makanan kadang berlebihan. Rasulullah saw bersabda:

إن عليك لبدنك حق

Artinya: “Sungguh bagimu anggota tubuhmu ada haknya.”
Maksudnya adalah tubuh kita ini harus di manaj kapan harus bekerja, kapan harus istirahat, kapan harus diisi dgn sepertiga makanan, sepertiga minuman, dan sepertiga untuk udara. Sebab, potensi konsumsi di bulan Ramadhan ini sungguh luar biasa, kadang-kadang kita terpicu mulai dari makan sahur, menjelang berbuka, bakda Tarawih, dst. Tapi perlu kita ingat, agar kita tidak termasuk kategori orang-orang yg merusak lingkungan akibat konsumsi, maka perlu ada green Ramadhan. Ramadhan tetapi tetap hijau. Tetap sehat. Rasulullah Saw bersabda:

فحافظوا من الأرض فإنها أمكم

Artinya: Jagalah oleh kalian bumi ini, karena sesungguhnya bumi ini adalah ibumu.
“Menjaga bumi sejajar dengan menjaga ibu kita. Keterampilan dan kebiasaan untuk menjaga bumi itu menunjukkan bagian dari kesalehan kita sebagai khalifatullah di bumi. Bagaimana dedikasi bumi untuk kita, semua tumbuh, semua tersedia di atas muka bumi ini dengan izin-Nya.” Tutur Kepala Bidang Kaderisasi LPSI UAD.
Menjaga bumi ini kita harus mulai dengam hal-hal yang praktis, seperti meminimalisir konsumsi, penggunaan plastik, dan sebagainya yang itu memilki potensi untuk merusak bumi seluruhnya. Hari ini cukup banyak pihak yang menggaungkan progress hijau. Bahkan ada buku yang berjudul “Green Din”, agama yang hijau. Sesungguhnya dalam Islam terdapat banyak pesan untuk menjaga bumi. Perlu kita cermati, selain Ramadhan untuk meraih keutamaan-keutamaan, perlu juga untuk meminimalisir hal-hal yang dapat merusak bumi.
“Dengan sadar pilihan konsumsi, pilihan yang kita makan haruslah makanan-makanan yang ramah lingkungan. Kemasannya bahkan isinya. Sungguh protein harus terpenuhi dan juga komponen-komponen yang lain, tetapi jika berlebihan itu juga akan berdampak pada menurunnya kesehatan kita.” Pungkas ustaz Hendra
Kondisi bumi kita hari ini sedang tidak baik-baik saja. Ada perubahan-perubahan yang perlu mendapat perhatian umat di seluruh dunia, terkhusus umat Islam yang di dalam ajaran Islam banyak terkandung mengenai ajaran-ajaran hijau, green din.
“Mudah-mudahan Allah terus memberikan kita keimanan dan keistiqamahan dalam mengisi bulan Ramadhan 1443 H ini dengan kesalehan yang hijau. Ada green din, sehingga bumi yang indah ini terus berkelanjutan. Tidak hanya bisa dinikmati oleh generasi hari ini, tetapi juga oleh generasi yang akan datang.” Tutup ustaz Hendra, pengurus Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah. (Ahmad Farhan)