YOGYAKARTA- Pada kajian jelang buka puasa di Masjid Islamic Center kembali di gelar pada hari Ahad (24/03). Hari sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya karena hari ini digelar Tabligh Akbar dan Milad 1 tahun Rajin (Gerakan Mengaji Nasyiah) dengan mendatangkan 2 pemateri sekaligus yaitu Dr. Adib Sofia, SS, M.Hum Wakil ketua majelis tabligh dan ketarjihan PP Aisyiyah dan Ariati Dina Puspitasari S.Si., M.Pd Ketua Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah. Pemateri pertama disampaikan oleh Dr. Adib Sofia, SS, M.Hum dengan tema Strategi Dakwah Kultural Dengan Masifikasi Gerakan di Akar Rumput dan pemateri kedua disampaikan oleh Ariati Dina Puspitasari S.Si., M.Pd dengan tema fisika dan Islam.

Adib Sofia menyampaikan dakwah dilakukan dalam tiga tahapan yang masuk ke kepala, ke hati dan tindakan. Dia menyampaikan Teologis Dakwah Kultural. Pertama yang termasuk Kognisi adalah QS Al-Anbiya ayat 107, QS Al-Ankabut ayat 69, QS Ali-imran ayat 103. QS al-Anbiya dimaknai sebagai risalah, rahmat dan semesta. Rasulullah diutus tidak hanya untuk orang Islam saja tetapi untuk semua, karena itu maka dakwah yang harus dilakukan adalah dakwah yang inklusif bukan untuk diri sendiri atau kelompok sendiri tetapi harus melibatkan semuanya.

Surat Al-Ankabut ayat 69 dimaknai sebagai jihad, Adib Sofia mengatakan jika ingin hidup yang mudah maka berjihadlah dan Allah akan menolong semuanya. Orang yang berjihad sangat disukai Allah maka berdakwah harus dialami dan dilakukan dengan cara-cara jihad sebagai manusia yang hidup di dunia. QS Ali Imran ayat 103 dimaknai sebagai tali Allah, semua dan persatuan. Maksudnya adalah yang namanya manusia itu terikat dengan tali Allah yang semuanya harus terikat dengan tali persaudaraan dan dalam suatu rahmat bagi seluruh alam.

Dasar teologis dakwah kultural yang kedua adalah termasuk pada Afeksi yaitu QS Ali Imran ayat 104 dan 110 juga QS Al-Baqarah ayat 256 dimaknai bahwa semua harus melakukan dakwah Islam yang amar makruf nahi mungkar, menyampaikan dakwah kepada siapa pun tidak boleh dengan kekerasan dan pemaksaan, karena itu bisa lebih diterima. Dasar teologis dakwah kultural yang ketiga yaitu termasuk pada psikomotor adalah QS Yunus ayat 62 dan QS An-nahl ayat 125 dimaknai dakwah kultural mengedepankan kelembutan hati, yang disampaikan dalam dakwah bukan hal-hal yang membuat orang lain merasa takut, khawatir dan cemas tetapi yang dilakukan adalah yang menyentuh perasaan dan membuat orang lain merasa bahagia.

“Selain itu dakwah juga harus disampaikan dengan kebaikan-kebaikan dan nasehat-nasehat yang baik. Dakwah boleh berdiskusi dan berdebat tetapi tetap dengan adab adab yang baik dan kesopanan yang terjaga.” Terangnya.

Adib Sofia menyampaikan juga cara agar sukses melakukan dakwah kultural, pertama adalah prinsip bahwa semua tidak boleh top down maka caranya sekarang dengan bottom up dengan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh komunitas-komunitas karena setiap komunitas memiliki kebutuhan yang berbeda beda.

Kemudian yang kedua disampaikan juga dari hulu ke hilir harus
bersama masyarakat di dalam menemukan masalahnya. Ketiga adalah adanya aktor atau penggerak, di era sekarang dibutuhkan figur pendakwah yang aktif di sosial media seperti reels, tiktok dan YouTube short sehingga ketika masyarakat mencari yang muncul adalah tokoh-tokoh Muhammadiyah, Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Pemuda Muhammad, IPM, IMM dan seterusnya.

Keempat adalah kecanggihan komunikasi, membuat sesuatu yang mudah diakses semua orang dan harus bisa berkesinambungan. Kelima adalah bekerja sama dengan berbagai pihak karena tidak bisa melakukan dakwah hanya sendiri maka harus bekerja sama dengan berbagai kalangan. Kemudian yang keenam yaitu independen. Maksudnya adalah tidak ada pihak-pihak yang menunggangi dengan kepentingannya. Ketujuh adalah selalu berdasarkan ilmu pengetahuan, jika melakukan dakwah jauh dari ilmu jatuhnya hanya ngaji tekstual.

Kemudian materi kedua disampaikan oleh Ariati Dina Puspitasari S.Si., M.Pd menyambung waktu kajian jelang berbuka puasa dengan menyampaikan tema fisika dan Islam. Dia menyampaikan mengaji berasal dari kata ngaji yang mempunyai arti ngatur jiwo, ketika ingin mengaji artinya ada usaha yang secara sadar yang dilakukan untuk mengatur jiwa mencari kebenaran kebenaran agar semakin dekat dengan tuhan dengan tuhan alam semesta.
Mengaji tidak hanya berbicara tentang keagamaan, mengaji juga ternyata bisa mengangkat topik mengenai politik, pendidikan, teknologi, sains dalam rangka agar semakin memahami kebenaran kebenaran yang mengajak ke arah semakin dekat dengan Allah. Dia mengingatkan kepada para kader Nasyiatul Aisyiyah perlu melihat kembali potensi-potensi dengan memiliki peta potensi kader dan memungkinkan untuk membangun komunitas minat fisika.

Salah satu contoh fenomena yang sering terjadi di masjid adalah kehilangan sendal, sendal yang diambil/dicuri biasanya sendal yang masih bagus atau baru. Karena dalam penjelasan fisika sendal yang masih baru memiliki gaya gesek yang besar, gaya gesek yang besar akan memberikan perlawanan yang besar terhadap arah gaya si pemakai. Jika sendal yang memiliki gaya gesek yang kecil akan memiliki kemungkinan tergelincir atau jatuh tinggi. Dalam kehidupan sehari-hari perlu memahami situasi-situasi yang berkaitan dengan fisika.

Dari fenomena tersebut dapat pembelajaran dan pengingat dari quran surat al-Ma’idah ayat 38 yang memiliki arti “Laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai mengetik dari Allah. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana” . Dalam hal ibadah ternyata ilmu fisika memberikan kontribusi yang misal penting dalam penentuan waktu awal shalat, penentuan awal Ramadhan, pada ibadah haji, dan tahun Hijriyah. Penentuan waktu solat berkaitan dengan cabang ilmu fisika yaitu astronomi. Dalam astonomi fajar dibedakan menjadi 3 berdasarkan ketinggian matahari dibawah horizon yaitu fajar astronomi, fajar nautikal, dan fajar sipil. Derajat 18 horizon masuknya adalah di astronomy yaitu fajar yang gelap dan belum bisa melihat cahaya matahari berarti itu belum waktu subuh, di antara horizon dan 12 derajat disebut dengan fajar nautikal adalah fajar sudah agak remang-remang cahaya matahari. Fajar yang kurang dari 6 derajat disebut fajar sipil yaitu hamburan cahaya matahari sudah sangat terang. Oleh karena itu fisika mempunyai peranan yang penting. (Ekha Yulia Ningsih)