Posts

Cek Kesehatan Gratis: Rayakan Milad TBM Bregma FK UAD di Masjid IC UAD!

Yogyakarta – Tim Bantuan Medis (TBM) Bregma Fakultas Kedokteran Universitas Ahmad Dahlan (FK UAD) menggelar kegiatan cek kesehatan gratis sebagai bagian dari perayaan milad yang berlangsung di Masjid Islamic Center UAD. Acara ini dilaksanakan pada Ahad, 22 September 2024, mulai pukul 07.00 WIB, setelah kajian rutin ahad pagi.

Kegiatan ini dihadiri oleh 63 jama’ah kajian yang merupakan bagian dari komunitas masjid. Dengan semangat berbagi dan meningkatkan kesadaran kesehatan, TBM Bregma berkolaborasi dengan takmir masjid untuk memberikan layanan cek kesehatan kepada jama’ah dan masyarakat sekitar.

Nunung, salah satu peserta, mengungkapkan, “Terima kasih kami haturkan kepada Tim mahasiswa magang kedokteran UAD. Alhamdulillah, kami senang dan insya Allah kami yang berumur di atas 40 tahun lebih hati-hati lagi dalam mengkonsumsi makanan. Semoga kegiatan ini bisa rutin dilakukan setahun dua kali.”

Dalam kesempatan yang sama, Dhini Warih dari FK UAD menyatakan, “Pelaksanaan cek kesehatan ini mendapat antusiasme yang besar dari jamaah kajian dan masyarakat sekitar UAD, bahkan melebihi kuota yang ditentukan.”

Rangkaian kegiatan dimulai dengan kajian rutin pada pukul 06.00 hingga 07.00 WIB, dilanjut dengan cek kesehatan gratis yang berlangsung dari pukul 07.00 WIB hingga selesai. Tujuan dari acara ini adalah untuk memperingati hari jadi TBM Bregma FK UAD sekaligus sebagai sarana bonding bagi seluruh pengurus TBM, agar mereka dapat bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Dengan kegiatan ini, TBM Bregma FK UAD berharap dapat terus memberikan kontribusi positif bagi kesehatan masyarakat dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan, khususnya bagi jama’ah di Masjid Islamic Center UAD. (MA/AI)

UAD Siap Menyelenggarakan Shalat Idul Adha 1445H

BANTUL, Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang terletak di Jl. Jend. Ahmad Yani (Ringroad Selatan) menjadi alternatif bagi jamaah ataupun masyarakat umum yang ingin merasakan suasana shalat ied di Kompleks Kampus.

Secara geografis, kampus IV UAD masuk kalurahan Tamanan, kepanewon Banguntapan, Bantul. Sehingga penyelenggaraannya bekerjasama dengan Masjid dan Ranting setempat, lebih tepatnya ialah Takmir Masjid Al Ikhlas, Kemutug dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Tamanan.

Penyelenggaraan shalat ied tersebut berlangsung tiap tahun, baik untuk idul fitri maupun idul adha. Adapun pelaksanaan Idul Adha 1445H kali ini, sebagaimana maklumat PP Muhammadiyah bahwa tanggal 1 Dzulhijjah jatuh pada hari Sabtu, 8 Juni 2024, maka shalat Idul Adha dilakukan pada hari Senin, 17 Juni 2024.

Seperti biasanya, shalat akan dilaksanakan di tanah lapang, tepatnya di lapangan sepak bola UAD atau sisi timur kampus. Sebagaimana disampaikan oleh Ketua Panitia, Muh. Saeful Effendi, S.Pd., M.Pd.BI., yang akan bertindak sebagai Khatib ialah Ketua PP Muhammadiyah, Ustadz Prof. Dr. H. Dadang Kahmad, M.Si.

Wakil Rektor I Bidang Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK), Ustadz Dr. H. Nur Kholis, M.Ag dalam sambutannya pada rapat koordinasi Senin (3/6) di Ruang Kaca Barat, Lantai 10 Kampus IV UAD menyebut bahwa penyelenggaraan shalat Id di UAD diharapkan menjadi icon PHBI di wilayah Jogja bagian selatan. (Mas DF)

Ustadz Sucipto: Berikan Pesan dan Arahan Kepada Relawan RDK UAD Terkait Kepenulisan Berita

YOGYAKARTA– Berita menjadi suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan itu, semua orang dapat mengetahui apa yang sedang terjadi di muka bumi ini. Maka, berita tidak dapat dibuat dengan sembarangan atau dikarang sendiri oleh seorang penulis.

Beberapa Tim Media dan Relawan Ramadhan Di Kampus (RDK) Universitas Ahmad Dahlan mengikuti Pelatihan Jurnalis Dakwah pada hari Sabtu (09/03) di Perpustakaan Pusat Tarjih Muhammadiyah lantai 1 Masjid Islamic Center UAD. Sucipto, M.Pd. B.I., Ph.D. selaku pemateri dalam pelatihan tersebut. Kemudian, Mustafa Ahyar, S.Pd., M.Pd. selaku Kabid. Media dan IT Pesantren Mahasiswa K.H. Ahmad Dahlan (PERSADA) UAD dan Dr. Arif Rahman, M.Pd.I. Dekan Fakultas Agama Islam UAD turut hadir dalam kegiatan tersebut.

Ada beberapa pesan yang disampaikan oleh Sucipto, yaitu: Pertama, bahwa berita yang merupakan kumpulan data informasi terkait suatu hal harus berdasarkan data yang faktual. Dalam berita tidak boleh menulis dengan tanpa data bahkan tidak dianjurkan mengarang sendiri. Kedua, berita bersifat cepat basi. Sehingga Sucipto sampaikan kepada para peserta bahwa dalam penulisan berita harus segera dilakukan dan tidak berlangsung lama dari acara tersebut. Ketiga, Gunakan kata kunci judul yang menarik dan mudah dicari oleh para pembaca berita.

“Itu akan banyak menggiring pembaca lebih mudah untuk memahami berita kita. Maka gunakan kata kunci yang sering digunakan orang-orang.” terangnya

Dalam hal pembuatan berita ini, tidak hanya mengandung unsur 5W+1H, tetapi lebih banyak apa yang disampaikan tanpa meninggalkan fakta-fakta dan harus diracik juga agar terciptakan point of View yang menarik dilirik oleh para pembaca berita. Sucipto menuturkan bahwa penulis yang terbaik adalah dapat menulis yang dapat membuat orang melirik tulisan kita dan membagikan di media sosialnya.

Sucipto juga memberikan arahan kepada para peserta, agar dapat membuat berita di luar kajian-kajian Ramadhan Di Kampus UAD. Karena berita tidak hanya berkaitan dengan kegiatan yang terlaksana tetapi juga pandangan seorang penulis berita terhadap situasi dan kondisi yang ada di sekitarnya.

“Nah teman-teman harus peka ya, jadi kalau ada jamaah entah itu subuh atau dari jauh, didekati. Jangan langsung kaku saya jurnalis RDK ini dan ini.kuncinya picture yang baik adalah kalian menyatu dengan subjek yang akan ditulis dalam berita.” Jelasnya.

Kemudian, Sucipto memberikan banyak tema di luar kajian yang diselenggarakan oleh Panitia Ramadhan Di Kampus (RDK) UAD, yang membuat para peserta dapat berpikir lebih luwes lagi dalam membuat berita. Dan diperlukan penulis khusus yang membuat berita tersebut agar orang lain tertarik tidak hanya dalam sisi kajiannya saja. (Badru Tamam)

Khutbah Jum’at: Pentingnya Meningkatkan Kecintaan Kepada Nabi SAW

Umat Islam senantiasa dibiasakan untuk bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan-Nya. Segala anugerah yang diterima oleh hamba-hambaNya, maka sebagai hamba harus dapat menghasilkan berbagai amal shalih. Karena itu menjadi bekal yang terbaik sebagai manifestasi dari ketakwaan.

Pada Jum’at kali ini, ustadz Dadi Nurhaedi, S.Ag., M.Si. selaku khatib di Masjid Islamic Center UAD (6/10). Masih dalam momentum Maulid nabi, Dadi menjelaskan terkait perlunya untuk meningkatkan penguatan keimanan dan kecintaan umat muslim kepada nabi SAW. semua itu agar dapat meningkatkan juga pada pemahaman sampai pengamalan nilai-nilai yang dicontohkan oleh nabi SAW.

Sebagai pengikut nabi SAW, harus memiliki komitmen agar warisan nabi dapat diamalkan. Dalam hal ini, umat Islam memiliki tanggung jawab agar perjuangan rasulullah SAW tetap dilanjutkan, sehingga misi risalah kenabian itu semakin luas dan semakin banyak dirasakan oleh umat manusia.

ada dua warisan yang penting untuk umat muslim, sebagaimana yang terekam dalam beberapa kitab hadis. Misalnya dalam Mustadrak Hakim atau Mustadrak ala shahihain, mereka meriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah dari Ibnu Abbas meskipun derajat atau kualitasnya tidak sampai shahih tetapi cukup untuk dijadikan dalil. Menurut Dadi, dari peneliti hadis mengatakan hadis tersebut hasan tetapi dengan redaksi yang berbeda tetapi substansinya sama (riwayah bil Ma’na).

“Aku telah meninggalkan kepada kalian dua perkara. Kamu tidak akan tersesat selaam berpegang teguh kepada keduanya. (Yaitu) kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (H.R. Al-Hakim)

Dua hal ini menjadi warisan yang sangat penting. Rasulullah SAW tidak meninggalkan kekayaan yang banyak tetapi terpenting adalah dua hal itu yati al-Qur’an dan as-Sunnah.

“Allah ingin berpesan kepada makhluk-Nya lalu kemudian mengutus dan memillih manusia pilihan yaitu rasulullah SAW untuk menyampaikan firman-Nya sekaligus memberikan contoh atau model terbaik tentang bagaimana firman-Nya dibumikan dan diaktualisasikan dalam kehidupan.” Terang Dadi.

Penjelasan Dadi itu yang disebut dengan hadis atau sunnah yang berisikan rekaman tentang kehidupan nabi SAW. dua hal ini yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian dari umat Islam, sehingga pesan-pesan Allah dapat diteruskan atau dilanjutkan.

Dadi mengajak para jamaah untuk merenungkan, bahwa al-Qur’an sebagai warisan dari nabi belum tentu telah menjadi sebagai teman atau sahabat karib dalam kehidupan sehari-hari dan terkadang masih ada orang yang dalam sehari-harinya tidak menyentuh atau tidak membaca al-Qur’an.

“satu kenyataan ini menjadi bahan renungan bagi kita, apakah al-Qur’an sudah dibaca tiap hari atau tidak. Berapa banyak waktu yang kita alokasikan untuk memperhatikan atau membaca surat cinta dari Allah untuk kita semua. Mudah-mudahan kita semuanya dapat mengemban amanah ini dengan penuh tanggung jawab dalam menjalaninya, sehingga kita semuanya akan menjadi orang-orang yang beruntung.” Tutupnya.

(Badru Tamam)

Link Full Video:

 

Khutbah Jum’at: 2 anugerah terbaik yang diberikan kepada manusia

Manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang sempurna daripada makhluk lainnya. Dalam Q.S. at-Tin ayat 4 memberikan pandangan bahwa manusia memiliki kelebihan dan keistimewaan. Jika dilihat secara kasat mata fisik manusia tentu berbeda dengan makhluk lainnya. Namun, tidak hanya itu Allah SWT menurunkan kepada manusia sebuah keistimewaan, di mana manusia memiliki dua anugerah yang Allah berikan yaitu akal pikiran dan hawa nafsu.

Ada 4 (empat) macam makhluk yang diciptakan oleh Allah menurut imam al-Ghazali, Pertama yaitu makhluk yag diberi Allah akal namun tidak diberikan hawa nafsu, hal ini disebut dengan malaikat. Kedua, makhluk yang diberi oleh Allah hawa nafsu tapi tidak dengan akal, maka dikenal dengan hewan atau binatang. Kemudian Allah juga menciptakan makhluk yang tidak diberikan hawa nafsu maupun akal, maka dikenal dengan benda mati. Kemudian, keempat yaitu makhluk yang diberi akal dan hawa nafsu yaitu manusia.

Dari empat macam makhluk Allah ini, imam al-Ghazali menjelaskan bahwa dua anugerah terbaik kepada manusia itu adalah akal dan hawa nafsu. Akal memiliki energi positif, karena hal itu akal dapat memberikan wawasan informasi dan pertimbangan apa itu baik atau buruk. Berbeda dengan hawa nafsu yang memiliki energi negatif, yang mendorong dan memotivasi manusia untuk melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan hal itu baik atau tidak.

Ustadz Budi Jaya Putra selaku khatib pada hari Jum’at (22/09) masjid Islamic center UAD, ia sampaikan, bahwa ketika akal mampu mengontrol hawa nafsu sehingga manusia berada di atas hawa nafsunya, maka manusia akan menjadi makhluk yang mulia. Sebagaimana Q.S. An-Nazi’at ayat 40-41

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفْسَ عَنِ ٱلْهَوَىٰ ^ فَإِنَّ ٱلْجَنَّةَ هِىَ ٱلْمَأْوَىٰ

Artinya:

“Adapun orang yang takutkan keadaan semasa ia berdiri di mahkamah Tuhannya, (untuk dihitung amalnya), serta ia menahan dirinya dari menurut hawa nafsu, maka sesungguhnya surgalah tempat kediamannya.”

Dari dua ayat tersebut, secara jelas Allah memberikan cara dalam potensi akal untuk menguasai hawa nafsu dan mengantarkan kebaikan manusia menuju surgaNya,  ketika dirinya telah mampu mengontrol hawa nafsunya. Dan hal itu manusia akan melakukan perbuatan-perbuatan yang diridhai oleh Allah SWT. Sebaliknya ketika hawa nafsu menguasainya maka manusia akan melakukan perbuatan-perbuatan yang dimurkai oleh Allah SWT.

Sllah langsung terangkan pada Q.S. Al-A’raaf ayat 179

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

“Marilah kita senantiasa berusaha untuk berjuang sebaik-baiknya agar kita mampu mengendalikan hawa nafsu yang telah dianugerahkan kepada kita dengan menjadikan akal pikiran sebagai pengevaluasi diri dari hawa nafsu yang ada pada diri kita. Oleh karena itu kita untuk senantiasa selalu memperbanyak pengetahuan sehingga kita dapat mengerti yang hak dan yang batil.” Tutupnya.

(Badru Tamam)

Link Full Video:

Khutbah Jum’at: Tiga Ketentuan Orang Berhak Masuk Surga

Khutbah Jum’at kali ini tentang . Di mana hal ini menjadi bahan renungan dan nasihat untuk semua kaum muslimin. Pada kesempatan kali ini, Jum’at (29/9) khutbah Jum’at kali ini disampaikan oleh Kepala Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) UAD yaitu Rahmadi Wibowo Suwarno, Lc., M.A. M.Hum.

Al-Qur’an dan as-Sunnah merupakan sumber ajaran agama Islam. Di mana kedua sumber itu menjadi tempat kembali untuk mengetahui apa yang telah ditetapkan oleh al-Qur’an dan Hadis. Sebagai umat Islam diharuskan ketika memiliki masalah-masalah yang ada di sekitar, maka harus merujuk kembali kepada sumber ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan Hadis.

Hal itu menjadikan dua sumber tersebut menjadi petunjuk hidup kaum muslimin. Rahmadi sampaikan cara menjalaninya dalam mendapatkan petunjuk dari kedua sumber tersebut. Berdasarkan sabda nabi SAW. “Barangsiapa yang ridha bahwa Islam sebagai agama dan ridha Muhammad itu utusan Allah maka baginya adalah surga”.

Keyakinan bahwa hidup ini tidak hanya di dunia saja tetapi setelah mati pun ada kehidupan kembali. Sebagaimana Q.S. Al-Baqarah ayat 28

“Bagaimana kamu ingkar kepada Allah padahal kamu sebelumnya mati kemudian dihidupkan lalu dimatikan dan dihidupkan kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”

Menurut al-Qur’an tentang kehidupan ini dan nanti akan dihidupkan itu hanya dua tempat yaitu surga atau neraka. Kemudian dari hadis secara spesifik bahwa orang yang berhak masuk surga ada tiga ketentuan. Pertama, Ridha Allah sebagai tuhannya. Maksudnya percaya dengan sungguh-sungguh Allah sebagai tuhannya. Kedua, ridha Islam sebagai agamanya. Semua agama berhak mendapatkan surga, tetapi perlu dipahami bahwa Q.S. Ali-Imran ayat 102 bahwa umat Islam harus senantiasa taat kepada Allah agar ketika wafat keadaan beragama Islam.

Ketiga, ridha nabi Muhammad SAW sebagai rasulnya. Di mana ia harus rela untuk mengikuti apa yang dicontohkan oleh nabi SAW. jika tidak mengakui bahwa nabi SAW adalah rasul, Rahmadi menegaskan maka kesengsaraan yang diperolehnya.

(Badru Tamam)

Link Full Video:

Mengagumkan, Mufti Perlis mengisi Kajian Rutin Masjid Islamic Center UAD

YOGYAKARTA- Pada pagi hari ini yang penuh istimewa, Ahad (24/09) Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kedatangan Prof. Dato’ Arif Perkasa Dr. Mohd Asri bin Zainul Abidin (Prof. MAZA). Kedatangannya ini untuk mengisi kajian rutin Ahad Pagi Masjid Islamic Center UAD. tema yang dibawakan adalah “Rabiulawal: Mounth of death of the prophet?”

Pada kajian kali ini dihadiri oleh Wakil Rektor I UAD bidang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yaitu Parjiman, M.Ag. dan rombongan dari Jawatan Kuasa Fatwa Negeri Perlis Sampena, Malaysia. Kajian diselenggarakan secara langsung di Masjid Islamic Center UAD dan secara online melalui channel Youtube Masjid Islamic Center UAD.

Bulan Rabi’ul Awwal menjadi bulan yang istimewa karena bulan tersebut nabi Muhammad SAW lahir di muka bumi ini. Ada beberapa pendapat yang berbeda terkait tanggal kelahiran nabi Muhammad SAW. Pendapat pertama disampaikan oleh Imam Ibnu Ishaq bahwa nabi lahir tanggal 12. Pendapat kedua, oleh Imam al-Humaidi bahwa nabi lahir tanggal 8. Kemudian ketiga, dinukilkan oleh Ibnu Dihyah bahwa nabi lahir tanggal 10. Keempat, ada yang mengatakan nabi Muhammad lahir tanggal 9.

Dari pendapat-pendapat tersebut, bahwa titik perbedaan yang muncu di antara para ulama terletak pada tanggal kelahiran nabi SAW. adapun hari dan bulan, nabi SAW pernah mengatakan sendiri bahwa beliau dilahirkan pada hari senin bulan Rabi’ul Awwal. Dan tidak ada yang berbeda juga dalam penanggalan wafat nabi SAW yaitu tanggal 12 Rabi’ul Awwal.

Dia jelaskan bahwa perbedaan tanggal yang muncul pada kalangan ulama itu karena penanggalan hijriyah baru di mulai jauh setelah nabi lahir, tepatnya ketika nabi dan para sahabat hijrah ke Madinah.

“Kelahiran bukanlah sesuatu yang berat. Tentu kelahiran itu membuat kita bahagia. Apalagi dengan lahirnya nabi SAW. The first generation of Islamic or salafussalih, mereka tidak ada satu perayaan. Semua sejarawan bersepakat, bahwa perayaan pertama dilakukan pada masa dinasti Fathimiyah diprakarsai oleh Ubaid al-Mahdi. Tidak hanya itu, juga merayakan hari lahir sayyidina Ali, Fathimah dan lainnya, kemudian (ketika runtuhnya Fathimiyah) datang dari kalangan Sunni memadamkan perayaan (yang tidak sesuai syariat Islam) dan mempertahankan perayaan maulid.” Terangnya.

Prof. MAZA juga menyebutkan bahwa di Perlis, bulan Rabi’ul Awwal disebut bulan Zikru Rasul (mengingat rasul). Mulai dari kelahiran, perjalanan hidup sampai dakwahnya selama 23 tahun dengan berbagai cobaan yang dihadapinya. Dia menceritakan bahwa kelahiran nabi SAW, terjadi sesuatu yang disebut dengan Irhas (kejadian-kejadian luar biasa). Tetapi sebagian kejadian itu tidak dapat dibuktikan melalui riwayat yang sahih. Seperti cerita ketika waktu malam nabi lahir, datangnya aisyah dan maryam yang menjadi bidan atau menyambut kelahiran nabi (ini tidak ada riwayatnya).

Ketika di tengah kehidupan Mekkah jahiliyah, nabi SAW mulai berdakwah pada keluarga terdekatnya yaitu bani Hasyim dan akhirnya diterima oleh Ali bin Abi Thalib dan Abu Thalib, pamannya. Ini episode paling penting dalam kehidupannya. Apabila nabi SAW dijadikan rasul, maka dia telah mengubah cara pikir menurut sikap dan sudut pandang orang-orang Mekkah kepada nabi Muhammad SAW.

Ketika nabi SAW berdakwah dan dianggap gila bahkan dilempar batu dan kotoran hewan ke badan nabi SAW. hal ini karena, banyak penentang mengintimidasi pengikut nabi agar meninggalkannya. Dan banyak yang mengkhawatirkan bahwa nabi Muhammad akan merusak penyembahan berhala yang sudah dilakukan sejak nenek moyang. Bahkan sampai kaum Quraisy ingin membunuh nabi SAW. dan banyak sekali tuduhan yang didapatkan oleh nabi SAW.Tetapi, nabi tidak membalasnya, padahal jika nabi berdoa maka Allah akan segera mengabulkannya.

Prof. MAZA menceritakan tentang nabi Muhammad SAW sedang menjalanan ibadah di Mekkah dan melaksanakan khutbatul Wada’. Dalam Khutbatul Wada’ yang sangat menyentuk sanubari jama’ah, di dalamnya menekankan bahwa pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan sesama. Menjaga kebersihan hati bahkan nabi SAW memperhatikan hak-hak wanita, sehingga nabi SAW memuliakan sosok wanita.

“Ketika nabi masuk Madinah, Madinah menjadi bersinar. Pada nabi Muhammad wafat Madinah menjadi suram. Sampai sebagian sahabat nabi lari dan bersembunyi karena terlalu sedih. Sebagian lainnya belum mempercayai jika nabi wafat.” Tutupnya.

(Badru Tamam)

Link Full Video

Kajian Rutin Ahad Pagi: Keistimewaan orang yang memiliki karakter Mukhbitin

Hari Ahad menjadi hari yang ditunggu-tunggu oleh orang lain, karena hari itu menjadi istimewa, ada sebagian digunakan untuk jalan-jalan bersama keluarga, ada yang untuk istirahat di rumah dan ada yang digunakan untuk berproduktivitas dengan mengikuti kajian ahad Pagi. Salah satunya yang diselenggarakan Masjid Islamic Center UAD yaitu kajian rutin setiap Ahad Pagi, pada kesempatan kali ini Ahad (17/09), yang mengisi materi yaitu Dr. H. Khoiruddin Bashori, M.Si. (Wakil Ketua LP2M PP Muhammadiyah).

Pada kajian kali ini, yaitu membahas tentang al-Mukhbitin di mana kata tersebut jarang sekali didiskusikan dan belum banyak yang mengetahuinya, padahal kata tersebut sangat relevan dengan keadaan masa kini. Dalam Q.S. al-Hajj ujung ayat 34 dan ayat 35 yang memberikan ciri-cirinya. Bahwa Allah SWT memberikan kabar gembira kepada orang yang tunduk dan patuh padaNya.

… وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِيْنَ (۳٤) الَّذِيْنَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَالصَّابِرِيْنَ عَلَى مَا أَصَابَهُمْ وَالْمُقِيْمِى الصَّلَوةِ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ (۳۵)

“Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah), (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka. Orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka. Orang-orang yang mendirikan shalat dan orang dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. (Q.S. Al-Hajj ayat 34-35)

Orang Mukhbitin ini selalu menjadi orang yang gembira dalam hidupnya walaupun banyak persoalan hidup. Maka semakin tinggi posisi atau tanggung jawab, persoalan pun makin banyak. Terkadang hidup juga sawang sinawang di mana ketika ada musibah dia saja yang terkena tetapi ketika ada kenikmatan orang lain yang mendapatkannya.

Orang yang terlihat ceria dan bahagia itu belum tentu dalam hatinya begitu, karena terkadang ada orang yang pandai menutup kesedihannya dengan senyum kepada orang lain. Dalam Q.S. al-Balad pun Allah memberikan statement bahwa manusia diciptakan dalam keadaan susah payah dalam banyak hal maka harus diperjuangkan.

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِيْ كَبَدٍ (٤)

“Sungguh, kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah” (Q.S. Al-Balad ayat 4)

Dalam Ibnu Katsir diterangkan bahwa salah satu makna Kabad itu bukan hanya diartikan bersusah payah tetapi juga tegak lurus. Dan orang yang bisa tegak lurus itu orang yang sudah melalui banyak sekali perjuangan diri. Maka menikmati perjuangan itu penting, dengan mengatasi segala dinamika kehidupan dengan tersenyum.

Al-Mukhbitun berasal dari kata al-Khabtu atau al-Ikhbat, al-Khabtu bermakna permukaan tanah yang luas dan tenang, semacam lembah yang dalam, luas, sunyi dan terhampar. Ibnu Abbas RA mengartikan lafadz al-Mukhbitin dalam ayat ini sebagai mutawadhi’in (orang-orang yang merendahkan diri). Sedangkan menurut Mujahid, Mukhbitin artinya adalah Muthmainnin (orang yang hatinya merasa tenang bersama Allah).

“itu orang yang hatinya selalu tenang meskipun sebetulnya dalam pengalaman hidupnya dia mengalami banyak hal yang tidak mudah tapi dia tetap tenang” jelasnya.

Maka ma’iyatullah (bersama Allah) itu penting. Bahwa dengan dekat dengan Allah dan yakin tidak ada apa-apa jika Allah diam saja, maka Allah akan membelanya. Kemudian Dia sampaiakn beberapa ciri-ciri Mukhbitun, yaitu: Pertama, jika asma Allah disebut itu hatinya bergetar. Al-Wajal artinya hati yang menggigil dan bergetar takut karena mengingat kekuasaan dan hukuman Allah atau merasa melihatNya.

Kedua, orang-orang yang bersabar terhadap apa yang menimpa dirinya. Sabar secara bahasa adalah al-Habsu, yaitu menahan jiwa dari sedih dan gelisah. Menahan diri dari rasa sedih dan gelisah, cemas dan amarah, menahan lidah dari keluh kesah dan menahan anggota badan dari kekacauan. Kemudian sabar adalah menahan jiwa dalam tiga keadaan: 1). sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT. 2). sabar untuk tidak bermaksiat kepada Allah SWT. 3). Sabar atas cobaan dari Allah SWT.

Ketiga, menegakkan shalat. Shalat adalah ibadah yang teragung. Ibadah ini memiliki pengaruh besar bagi kesalihan pribadi dan sosial seseorang.

“salah satu cara yang sangat bagus untuk memperbanyak zikir juga di saat setelah selesai shalat kemudian menghafal dan sebagainya, in syaa Allah menjadi lebih kuat kita bisa menjadi lebih tenang dalam menghadapi dinamika kehidupan” jelasnya.

Keempat¸orang yang hatinya selalu tenang itu orang yang dermawan bukan yang pelit. Salah satu resep dari Ibnul Qayyim bahwa hidup bermanfaat bagi orang lain dan dermawan, dia orang-orang yang paling lapang dadanya. Infak atau nafkah dalam ayat ini mencakup semua infak, baik yang wajib seperti zakat, kafarat dan nafkah keluarga juga mencakup yang mushabbah.

“Al-Mukhbitun senantiasa berinfak di jalan Allah, meski dalam kesulitan. Sedekah menjadi sebab dari kelapangan dada. Orang yang senantiasa hidupnya bermanfaat bagi orang lain, senantiasa berbuat baik kepada sesama dan dermawan adalah orang-orang yang paling lapang dadanya dan paling baik jiwa dan hatinya.” Tutupnya.

(Badru Tamam)

Link Full Video

Khutbah Jum’at: Hikmah menjadi generasi cerdas dan berkemajuan

Pada Jum’at (15/09), Masjid Islamic Center UAD didatangi para mahasiswa baru Universitas Ahmad Dahlan (UAD) untuk mengerjakan shalat Jum’at berjamaah. Pada kesempatan kali ini yaitu ustadz Jannatul Husna, Ph.D. bertindak sebagai khatib Jum’at.

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ

“Maka Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Q.S. Al-Mujadilah: 11)

Dia sampaikan bahwa salah satu cara untuk mengangkat status atau mobilitas sosial ekonomi bangsa adalah melalui jalur pendidikan. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat. Pada ayat tersebut, agar orang-orang beriman menjadi generasi yang cerdas berkemajuan menurut al-Quran dan hadis.

Jannatul Husna berikan beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pertama, menuntut ilmu harus dilandasi dengan niat yang ikhlas karena Allah. sebagaimana nabi Muhammad SAW mengingatkan bahwa menuntut ilmu itu kewajiban bagi setiap orang muslim.

“bagi setiap muslim karena itu pertama yang perlu ditanamkan adalah untuk apa kita kuliah? Jangan sampai kuliah ini hanya kita buat sebagai rutinitas saja seperti kebanyakan setelah orang tamat SD masuk SMP setelah SMP lanjut SMA kemudian kuliah”

Dia tegaskan kuliah itu dalam rangka menyempurnakan perintah Allah dan rasul yaitu menuntut ilmu. Dalam beberapa riwayat juga disebutkan bahwa seruan menuntut ilmu itu sejatinya harus dilandasi dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT. Jangan sampai niat karena ingin disebut terdidik atau kaum intelektual saja, hal ini yang dikhawatirkan oleh nabi SAW.

Atau bahkan ingin berdebat dikalangan orang-orang bodoh atau karena ingin pandangan masyarakat tertuju padanya maka mereka akan berada di dalam neraka. Dalam hadis lain disebutkan bahwa pentingnya menuntut ilmu dimulai dengan niat yang baik yaitu ketika diberikan peringatan oleh nabi SAW dalam sebuah riwayat bahwa kelak ada tiga golongan manusia yang diadili di hadapan Allah SWT, salah satunya adalah kaum intelektual.

“… giliran orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain. Setelah itu dihadapkan kepada Allah, maka orang itu ditanya, “Apa yang telah kamu lakukan di dunia hai hambaKu?” Allah SWT berkata padanya, “Kamu telah berdusta. Sebenarnya kamu mencari ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain agar kamu disbeut orang alim. Kamu un membaca al-Qur’an agar kamu disebut sebagai orang yang pandai membacanya.” (H.R. Muslim)

Dia sampaikan pesan dan mengaja kepada mahasiswa baru untuk memulai estafeta kehidupan yaitu proses perkuliahan dengan niat yang baik dalam rangka mendapatkan keridhaan Allah SWT karena menuntut ilmu adalah kewajiban dalam agama. Kedua, belajar dengan sungguh-sungguh, karena dengan kesungguhan itu menjadi nikmat terbesar bagi para penuntut ilmu terkhusus yang berstatus mahasiswa.

Orang yang bisa melanjutkan kuliah itu menjadi nikmat kesempatan di mana tidak semua orang dapat melanjutkannya, tetapi harus dimanfaatkan sebaik mungkin dengan menggali potensi skill dan mengembangkannya. Dan masa muda ini menjadi sesuatu mudah dilakukan untuk berprestasi dan akan sulit ketika sudah masa tua. Karena nabi SAW bersabda dalam banyak riwayat bahwa pentingnya mengoptimalkan usia muda sehingga tidak menyia-nyiakan usia muda. Sebagai dalam hadis nabi tentang lima kesempatan sebelum data lima kesempatan berikutnya, salah satunya mengoptimalkan masa muda sebelum masa tua.

“Mari kita bersungguh-sungguh dalam belajar, ikutilah perkuliahan dengan baik, asah kemampuan kita, berinteraksi, leadership, kita komunikasikan kita melalui organisasi yang memacu minat dan bakat kita menjadi mahasiswa yang luar biasa. Dan menjadikan lingkungan kita benar-benar mampu mendorong kita menjadi pribadi-pribadi yang terbaik.” pesannya

Ulama juga berpendapat tidak mungkin ilmu itu didapat dengan berleha-leha atau kebalikan dari sungguh-sungguh. Ketiga, harus merawat ketaatan dan ketundukkan kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadis disebutkan salah satu dari tujuh generasi adalah seorang pemuda atau pemudi yang tumbuh dan berkembang dalam ketaatan kepada Allah SWT.

Dalam Islam ilmu tidak hanya dapat dikejar dengan mengoptimalkan kemampuan indera tetapi Allah menitipkan ilmu yang tidak diketahui melalaui ketaatan dan ketundukkan seorang hamba kepadaNya. dengan semua hal itu, kelak menjadi generasi yang cerdas dan berkemajuan seperti yang diisyaratkan oleh nabi SAW.

(Badru Tamam)

Link Full Video:

Perjuangan menghadirkan generasi Qur’ani: Keutamaan membaca al-Qur’an

Pagi yang cerah di hari libur (10/9), Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melanjutkan kajian Sirah Nabawiyah bagian kedua yang disampaikan oleh ustadz Akhmad Arif Rif’an dengan tema perjuangan menghadirkan generasi Qur’ani.

Al-Qur’an sebagai petunjuk dalam hidup orang-orang bertakwa, menjadikan al-Qur’an sebagai pegangan atau pedoman dan dengan hal itu Allah berikan jaminan kepada mereka. Jaminan pertama dari Allah akan dinilai fi sabilillah ketika menuntut ilmu. Selanjutnya ketika mereka baca al-Qur’an dan menyampaikan kepada suatu kaum di masjid maka Allah turunkan ketenangan bagi mereka, yaitu: hati, diliputi kasih sayang Allah, disebutkan para malaikat melindungi mereka dengan sayapnya dan disebut-sebut oleh Allah dihadapan para malaikat.

Keutamaan dalam membaca al-Qur’an menjadi penting dikarenakan banyak kebaikan yang dapat diperoleh sebagaimana dalam hadis bahwa dengan membaca satu huruf al-Qur’an saja itu akan mendapatkan 10 kebaikan. Pada kajian pertama tentang perjuangan menghadirkan generasi qur’ani, diawali dengan kisah perjuangan Rasulullah SAW selama 23 tahun berdakwah di Mekah dan Madinah, ini menjadi alasan di antara ayat-ayat yang turun dalam al-Qur’an ada yang disebut ayat Makkiyah dan Madaniyah.

Di dalamnya juga dijelaskan Rasulullah diutus karena karakteristik buruk orang-orang yang disebut dengan zaman jahiliyah bahkan dalam al-Qur’an dijelaskan juga karakter yang dimiliki rasulullah yaitu  tidak dapat membaca atau menulis (umi). Kedatangan rasulullah SAW di Mekkah sesuai dengan doa nabi Ibrahim AS (Q.S. Al-Baqarah: 129).

Dari ayat tersebut, memohon kepada Allah agar diutus rasul yang membacakan ayat-ayat Allah. maka Allah kabulkan sesuai pada Q.S. Al-Baqarah ayat 151. Dalam redaksi ayat tersebut, ada kata tilawah. Tilawah di sini tidak hanya dapat diartikan membaca saja tetapi juga mempelajarinya, menghafalkannya dan mengamalkannya serta bentuk pengagungan Allah karena nabi dan rasul tidak pernah menggunakan kata Qoro’a (membaca) tetapi menggunakan kata tilawah

Kemudian dijelaskan lagi pada Q.S. Ali-Imran ayat 164 dan Q.S. Al-Jumu’ah ayat 2. Ini yang menggambarkan bahwa Rasulullah diperintah untuk tilawah al-Qur’an. Agar memperkuat pemahaman, pertama Q.S. Al-Kahfi ayat 27 dan al-Ankabut ayat 45 2 ayat tersebut menggunakan kata tilawah, sehingga tidak boleh meremehkan al-Qur’an, karena keutamaanya disebutkan kurang lebih 15 ayat dalam al-Qur’an.

. “dalam mendidik generasi penerus, kita tidak boleh tidak mengenal al-Qur’an, harus mengenal al-Qur’an.” Jelasnya.

Allah SWT menjelaskan apa yang diperintahkan kepada nabi untuk menyembah Tuhan dan Mekah menjadikan tempat suci dan kekuasanNya, agar termasuk orang-orang yang berserah diri (Q.S. An-Naml ayat 91-92). Tilawah menjadi perintah bagi umat Islam yang harus kita jaga, karena rasulullah SAW bersabda bahwa di antara puncak kebaikan seorang hamba itu terletak pada interaksinya dengan al-Qur’an.

“Ahli Qur’an adalah keluarga Allah itu menunjukkan pengakuan dan penghargaan bahwa mereka yang dekat dengan al-Qur’an sangat dekat dengan Allah SWT jika membacanya, mempelajarinya, menghafalnya dan mengamalkannya dengan benar. Semoga menjadi penambah kekuatan bagi kita dalam interaksi kita dengan al-Qur’an dan jalan bagi kita untuk menguatkan generasi.” Tutupnya.

(Badru Tamam)

Link Full Video