Meraih Husnul Khatimah
YOGYAKARTA—Diantara prinsip dalam beragama yang perlu kita pahami bahwa dalam hidup itu ada keseimbangan, berjalan bersama, salah satu diantaranya tidak dapat ditinggalkan yaitu terkait dengan dunia dan akhirat. Tutur ustaz Rahmadi Wibowo pada saat menyampaikan kajian Ahad Pagi di Masjid Islamic Center UAD (20/2).
Ustadz Rahmadi menjelaskan mengenai prinsip keseimbangan antara dunia dan akhirat telah dijelaskan oleh Allah swt dalam al-Qur’an:
وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ
Artinya: Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qasas: 77)
Di dunia segala sesuatu itu bersifat terbatas dan sementara sedangkan di akhirat sifatnya tidaklah terbatas dan kekal abadi. Contohnya makan dan minum, di dunia itu terbatas sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Ketika sudah kenyang (terepenuhi), maka sudah cukup. Sedangkan di akhirat nanti tidak ada batasnya.
Terkadang manusia itu lebih mementingkan kebahagiaan hidup di dunia, terlebih orang-orang kafir. Mereka lebih cenderung untuk mengejar sesuatu yang sifatnya terbatas dan sementara ini dibandingkan untuk mengejar sesuatu yang sifatnya tidak terbatas dan kekal abadi. Allah berfirman:
بَلۡ تُؤۡثِرُونَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰٓ
Artinya: Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia. Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (QS. Al-A’la: 16-17)
Kemudian Ustad Rahmadi menjelaskan mengenai perbedaan (perbandingan) waktu antara dunia dengan akhirat. Ini didasarkan pada petunjuk yang terdapat dalam al-Qur’an surat al-Ma’arij ayat 4 bahwa perbedaan waktu antara dunia dan akhirat adalah 1 berbanding 50.000 tahun. 1 hari dunia berarti sama dengan 50.000 tahun di akhirat. 1 tahun dunia berarti 17.750.000 tahun akhirat.
Rasulullah saw pernah memberikan keterangan kepada kita umatnya bahwa umur umat beliau itu di antara 60 -70 tahun dan sedikit sekali dari umatnya yang lebih dari itu. Rasulullah saw menjelaskan bahwas sebaik-baik manusia adalah mereka yang umurnya panjang dan baik amalnya, sebaliknya seburuk-buruknya manusia adalah yang umurnya panjang dan buruk amalnya.
Selanjutnya, ustaz Rahmadi menjelaskan dalam al-Qur’an terdapat penjelasan bahwasannya kita itu mengalami hidup 2 kali dan mati pun 2 kali. Allah berfirman:
كَيۡفَ تَكۡفُرُونَ بِٱللَّهِ وَكُنتُمۡ أَمۡوَٰتٗا فَأَحۡيَٰكُمۡۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمۡ ثُمَّ يُحۡيِيكُمۡ ثُمَّ إِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ
Artinya: Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan? (QS. Al-Baqarah: 28)
kematian yang pertama itu adalah ketika kita berada ada di dalam rahim seorang ibu sebelum ruh ditiupkan oleh Allah, lalu Allah hidupkan kita hingga saat ini. Setelah itu Allah akan mematikan kita dan kelak kita akan dihidupkan (dibangkitkan) kembali pada saat tibanya Hari Akhir.
Kematian itu pasti akan datang dan menimpa setiap makhluk, terkhusus manusia. Ketika kematian sudah tiba maka tidak akan ada yang dapat mengelak darinya. Allah berfirman:
Dimana pun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, “Ini dari sisi Allah,” dan jika mereka ditimpa suatu keburukan mereka mengatakan, “Ini dari engkau (Muhammad).” Katakanlah, “Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikit pun)?” (QS. An-Nisa: 78)
Ada 3 hal yang harus kita persiapkan sebagai bekal untuk menuju kematian yang husnul khatimah; pertama, takwa; kedua, perbanyak amal saleh; dan ketiga, taubat nasuha (taubat yang sebenar-benarnya).
Terakhir, ustaz Rahmadi menyampaikan tujuh tanda seseorang dapat disebut husnul khatimah (akhir hidup yang baik dan indah). Tujuh tanda ini didasarkan pada hadis-hadis Rasulullah saw; pertama, tidak berbuat syirik; kedua, mengucapkan kalimat syahadat/tahlil ketika meninggal; ketiga, mengerjakan amal saleh (sebelum meninggal);
Kemudian keempat syahid fī sabīlillāh; kelima, mati karena musibah (penyakit, tenggelam, longsor, tertimpa reruntuhan, terbakar, dsb) ; keenam, perempuan yang meninggal karena melahirkan; ketujuh, mempertahankan harta (dari pencuri/perampok). (Ahmad)
Link full video: https://youtu.be/Havzq8-zFvU