Khutbah Jum’at: Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid

Khutbah Jum’at kali ini tentang pemberdayaan ekonomi umat berbasis masjid. Di mana hal ini menjadi bahan renungan dan nasihat untuk semua kaum muslimin. Pada kesempatan kali ini, Jum’at (8/9) khutbah Jum’at kali ini disampaikan oleh Dr. Riduwan, S.E., M.Ag. kepala KUBI Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Riduwan menceritakan tentang MUI yang bekerjasama denan Dewan Masjid Indonesia wilayah DIY untuk menyelenggarakan workshop terkait pemberdayaan masjid. Dengan harapan, masjid-masjid yang ada itu memiliki orientasi dakwah yang luas dengan membuat program-program yang sejalan dengan kebutuhan para jama’ah.

Untuk dapat mengetahui kebutuhannya adalah dengan menganalisis sederhana tentang persoalan yang terjadi pada jama’ah masjid. Sehingga takmir masjid bisa memiliki peta permasalahan sosial ekonomi dan lainnya pada para jama’ah.

Hal ini dikarenakan  program-program yang dibangun oleh takmir masjid itu belum berorientasi pada kebutuhan jama’ah dan lebih banyak pada keinginan pemahaman dari para pengurus takmir masjid. Sehingga, adanya masjid belum menjadi tempat solusi kehidupan di tengah masyarakat sekitarnya.

Ekonomi dan sosial jama’ah juga menjadi permasalahan utama di mana kemiskinan secara nasional hampir 10% dari jumlah penduduk Indonesia. Maka, dia telah mengembangkan studi tentang tentang penelitian model pembiayaan mikro untuk pengentasan kemiskinan berbasis nelayan. Di mana masyarakat pesisir utara dari Pacitan sampai Cilacap mengalami persoalan kemiskinan yang sangat parah sesuai dengan data dari pemerintah.

“sumber penghidupannya terbuka sangat luas kalau melaut dan seterusnya, tapi karena rata-rata mereka telah mendapatkan pinjaman berbunga dan berdenda tinggi, sehingga hasil melautnya seringkali tidak memadai untuk kebutuhan hidupnya apalagi mengembangkan kehidupannya menjadi tidak miskin lagi tentu ini sangat ironis” jelasnya.

Dia sampaikan bahwa yang menikmati sumber penghidupan itu bukan mereka yang bekerja di sektor itu tapi yang berada di atasnya. Ada faktor lain yang mendorong untuk memenuhi kebutuhan dan pencapaiannya, yaitu dengan kehadiran seseorang untuk dapat membantu membangun penyadaran.

Sebagaimana dalam al-Qur’an yang menyebutkan kata “miskin” lebih dari 25 kali dengan berbagai derivasinya. Hal ini mengandung tujuan agar yang mengetahui dan memiliki kesadaran tinggi untuk membantu mereka lebih serius. Riduwan juga menjelaskan bahwa masjid dapat jadi model yang memperdayakan ekonomi bagi masyarakat miskin, sehingga tidak hanya membicarakan persoalan ibadah kemakmuran masjid tetapi juga kehidupan muamalah duniawiyah.

“mudah-mudahan ini bisa menjadi stimulasi bagi kita individu maupun kolektif untuk menata kembali bagaimana program pemberdayaan masyarakat miskin berbasis masjid kita masing-masing. Jika kita bisa berbuat semampu kita maka kontribusi Islam dalam upaya pengurangan kemiskinan akan bisa diwujudkan.” Harapnya.
(Badru Tamam)

Link Full Video